sampai lepuh dan luka menggurat
menyuruhmu untuk menyerah
Â
Hidup memang terkadang nakal
menggodamu dengan tangis dan tawa
sejatinya ia tak menghendakimu berhenti
hanya ingin menghiburmu dengan caranya sendiri
Â
Bahkan kerikil tajam pun mendaraskan nama-Nya
‘tika tapakmu mengecupnya
sesungguhnyalah ia sedang membacakan bait-bait pelajaran
yang diselipkan semesta dalam tiap langkahmu
untuk kau selami maknanya
karena begitulah cara semesta
mengajari kita
cara menemukan kesejatian
Â
Ambillah istirahat sejenak
lalu lanjutkanlah perjalananmu
di ujung sana sejatimu telah menanti
Â
(Semarang, 2011)