Jika ada yang dongkol tentang gimana seorang bayi yang lagi dirawat bisa hilang di sebuah rumah sakit, barangkali cerita berikut bisa menjelaskannya sedikit.
Alkisah di sebuah bangsal yang khusus merawat orang-orang sakit jiwa, suatu hari pada bangsal inap itu mau diadakan visite besar. Hari itu sudah berkumpul para mahasiswa residen yang lagi belajar buat jadi psikiater, dan para mahasiswa koass yang lagi belajar buat jadi dokter umum, menunggu datangnya seorang psikiater yang akan memeriksa satu per satu kasus pasien yang.sudah mereka pelajari sepanjang minggu itu. Perawat berseru kepada semua pasien sakit jiwa yang lagi main di bangsal, “Ibu-ibu, Bapak-bapak, ayo semuanya kembali ke tempat tidur ya. Mau diperiksa sama Pak Dokter!”
Yah namanya juga pasien sakit jiwa, ada yang nurut, ada yang nakal. Pasien-pasien yang nurut mau aja disuruh duduk yang manis di tempat tidurnya. Sementara pasien yang mbandel tetap mondar-mandir keliling ruangan.
Gw pernah berada di situasi seperti itu waktu gw masih jadi koass dulu, dan gw sering ketawa ngeliat mantri-mantri harus main kejar-kejaran sama pasien-pasien sakit jiwa yang seneng main petak umpet. Senior-senior gw yang jadi residen itu nampak stress karena mereka mau dites oleh dosen kami, sehingga kadang-kadang gw susah membedakan yang mana yang lebih waras, apakah dokter residen psikiatrinya, atau malah justru pasien psikiatrinya, hehehe.. Oh ya, kami para koass waktu itu ngga tau yang mana dosen ahli jiwanya, sebab dosen itu sibuk banget dan jarang menemui kami.
Lalu tiba-tiba situasi ruangan itu menjadi hening. Seorang bapak yang bajunya cukup kumal berjalan nyelinap di antara mahasiswa-mahasiswa itu. Seorang mahasiswa koass yang cukup awas matanya (suer, bukan gw!) langsung berpikir ini pasti satu lagi pasien bandel yang ngga mau duduk di tempat tidur, jadi dia segera menghampiri bapak itu, dan berkata dengan lembut, “Bapak, ayo Bapak ke tempat tidur dulu yuuk.. Biar bentar lagi diperiks..”
Belum selesai ngomong, tiba-tiba koass itu ditarik oleh residen-residen dan dengan panik residen-residen itu berusaha ngumpetin si koass di antara koass-koass yang lain. “Adek!” desis seorang dokter residen marah sambil berusaha supaya suaranya ngga kedengeran yang lain. “(Bapak) itu dosennya..!”