Terbayang wajah Bagas. Sebelas bulan. Sudah bisa berdiri. Kalau menangis suaranya lantang. Kalau makan, banyak dan lahap. Ana sudah kehilangan banyak momen bersama Bagas. Ana tahu Bagas sudah bisa berdiri dari Bimo . Ana tahu Bagas makan banyak dari Bimo. Kata pertama yang keluar dari mulut Bagas adalah "Pa...". Setelah kelabat wajah Bagas, angka-angka cicilan yang harus dibayar bulan ini mulai berbari manis.
Rasa sesal Ana tiba-tiba muncul. Andai saja Bimo berpenghasilan tetap, bukan kerja santai macam sekarang. Andai saja Ana tidak harus bekerja. Andai saja Ana dan Bimo tidak terlalu idealis menolak rumah dan mobil dari orang tua Ana hanya karena merasa itu hasil korupsi. Ah, naif sekali mereka dulu. Ana kembali memaki ketika layar komputer jinjingnya tiba-tiba berpendar biru. Saat itu juga Ana ingin keras-keras menangis.