„Tuhan tidak memberikan kamu orang-orang yang kamu inginkan, melainkan Dia memberikan kamu orang-orang yang kamu butuhkan. Untuk menolongmu, menyakiti hatimu, meninggalkanmu, mencintaimu dan membuatmu menjadi seorang pribadi yang berarti.“
**
Setiap orang yang ada di dunia ini, yang hidup di dunia ini, dia berasal dari rahim seorang ibu. Seorang ibu yang melahirkan seorang anak ke dunia ini, seorang mahluk kecil yang tak berdaya yang kelak menjadi manusia dewasa seperti kamu dan aku. Kita semua pada mulanya adalah seorang bayi yang lambat laun menjadi seorang anak kecil, kemudian tumbuh menjadi seorang dewasa dan akhirnya akan menjadi tua dan kembali menjadi tiada lagi di dunia ini, yaitu pada saat kematian datang! Proses kehidupan seorang manusia yang kita hidupi ini, ternyata diri kita sendiripun tidak dapat memilihnya berdasarkan kesukaan dan keinginan kita sendiri!
Kita tidak dapat memilih siapakah ibu yang melahirkan kita. Kita tidak dapat memilih siapakah yang menjadi ayah kita. Kita tidak dapat memilih siapakah kedua orangtua kita. Kita juga tidak dapat memilih siapakah saudara-saudara kita, siapakah kakak kita, siapakah adik kita, semua itu bukan aku sendiri yang memilihnya! Lalu siapakah yang memilihkannya untukku?
Setelah menjadi dewasa, ketika aku merasa cukup mengerti dan pintar untuk membuat banyak pertanyaan mengenai asal usul keberadaanku di dunia ini, aku mulai bertanya-tanya kepada ibuku, juga kepada ayahku, bagaimana aku hadir di dalam keluarga ini? Aku sangat tertarik dan mendengarkan sambil menyimak dengan sungguh-sungguh, ketika ibu dan ayahku menceritakan tentang sejarah keluarga yang melibatkan kehadiranku didalamnya. Ibaratnya seperti sebuah pohon besar yang rindang, dimana kehadiranku pada pohon itu sebagai buah yang dihasilkan dan mendapatkan makanan kehidupannya dari akar pohon yang tumbuh menembus ke dalam tanah, sehingga pohon besar itu tertanam berdiri kokoh dan kuat di atas tanah. Pohon itu tidak mudah roboh ketika badai dan angin ribut menerjang dan melanda mengobrak-abrik dan mengguncang-guncang dengan kerasnya! Dia tetap kokoh berdiri teguh di tengah pohon-pohon lainnya di atas tanah di bumi yang sama.
Dari pohon yang baik, akan menghasilkan buah yang baik pula. Sebagaimana saudara-saudara kita, kakak dan adik kita ibaratnya adalah buah-buah dari satu pohon yang sama.
Namun seiring dengan perkembangan dalam pertemanan, pendidikan, jenis pekerjaan, lingkungan sosialisasi, lingkungan sekitar tempat tinggal, maka kami sesama saudarapun mulai mengalami banyak perubahan, kami mulai saling berbeda dalam melihat suatu peristiwa, juga dalam menanggapi suatu persoalan, juga dalam bersikap dan menilai sesuatu hal. Kadang kala perbedaan tersebut menjurus kepada suatu pertengkaran, bahkan semakin meruncing menjadi permusuhan. Dan yang sangat menyedihkan adalah puncak ketidak-sepahaman tersebut akhirnya menjurus kepada putusnya tali persaudaraan.
Seringkali kita mendengar cerita semacam itu dari teman-teman tentang keadaan keluarga mereka dimana, teman kita sudah putus hubungan dengan keluarga inti, putus tali persaudaraan dengan kakak atau adiknya. Tidak asing lagi bagi kita mendengar cerita seperti itu. Bahkan mungkin saat ini hubungan persaudaraan kita sendiri sedang mengalami kondisi kritis. Atau bahkan mungkin malah sudah mati suri bertahun-tahun tidak ada kontak lagi dengan sesama saudara, kebencian, kedongkolan, sakit hati kepada kakak atau adik.
Dapatkah hubungan tali persaudaraan dengan keluarga yang terputus digantikan dengan hubungan persaudaraan dengan teman-teman dunia maya? Mari kita renungkan dan menjawab sejujurnya kepada diri kita sendiri.
Lebih baik katakan tentang kebenaran walaupun akan menyakiti hatiku, daripada engkau menghiburku dengan kebohongan!
Salam Loveliness
Hessen, 17 September 2012
**