Pada suatu pagi yang cerah, Nael selesai mandi dan dipanggil oleh mamanya untuk berkumpul di ruang tamu. Seiring dengan teriknya matahari yang memancar melalui jendela, Nael melangkah dengan penuh semangat ke ruang tamu, tempat di mana mama dan papa sudah menunggu.
 "Nael, kemarilah duduk di samping mama. Kita akan membahas pembagian pekerjaan rumah hari ini" jawab mama sambil tersenyum lembut.
Nael duduk di samping mama, sementara papa yang sedang membaca koran, meletakkan korannya dan bergabung. Mama membuka catatan kecil di tangannya, yang penuh dengan rencana dan jadwal keluarga.
 "Jadi, mama akan menyapu dan memasak. Papa akan membersihkan taman depan, dan Nael akan mencuci baju. Apakah papa dan Nael setuju dengan pembagian ini?" tanya mama kepada papa dan Nael.
                                                                "Setuju, Ma" jawab papa dan Nael dengan serentak.
Setelah pertemuan kecil itu selesai, mereka semua mulai dengan pekerjaan masing-masing. Nael memulai tugasnya dengan penuh semangat, merendam baju di mesin cuci dan menyemprotkan detergen. Meskipun ia mencoba untuk tetap fokus, rasa bosan mulai merayap.
Nael menghela nafas sambil melihat tumpukan baju 'Aduh, rasanya membosankan. Kalau aku bisa mendengarkan musik, pasti akan lebih seru.'
Nael melirik ke arah meja tamu, di mana handphone papa tergeletak. Ia tahu handphone itu memiliki berbagai lagu favoritnya. Nael berusaha menghibur dirinya dengan memikirkan cara untuk meminjamnya.
 'Aku sepertinya harus meminjam handphone papa. Musik pasti bisa membuat tugas ini lebih menyenangkan' Nael berucap di dalam hati dengan ekspresi penuh harapan.
Dengan langkah cepat, Nael menuju ruang tamu dan menghampiri papa yang sedang merapikan alat kebersihan.
Nael dengan nada memohon dan penuh harapan "Papa, bolehkah Nael meminjam handphone papa sebentar? Aku mau mendengarkan musik."
Papa menatap Nael dengan perhatian dan sedikit bingung "Untuk apa, Nael? Kan ada radio di dapur."
 "Agar aku bisa mendengarkan musik yang aku suka, Pa. Aku bosan banget."
Papa tersenyum, sambil menunjuk ke meja "Oh, handphonenya ada di atas meja tamu. Silakan ambil."
Nael merasa senang dan langsung menuju meja tamu. Namun, saat ia mengambil handphone papa, ia melihat baterainya hampir habis. Itu membuatnya merasa cemas.
 'Baterai handphone papa hampir habis. Aku harus mencari alternatif lain' ucap Nael di dalam hati dengan ekspresi bingung dan sedikit cemas.
Dia teringat akan handphone mama yang biasanya selalu terisi penuh dan terletak di meja rias di kamar. Tanpa berpikir panjang, Nael memutuskan untuk mengambil handphone mama, berharap bisa menggunakan musik untuk menghibur dirinya.
'Mungkin lebih baik kalau aku ambil handphone mama. Baterainya pasti lebih penuh' ucap Nael di dalam hati dengan sedikit rasa bersalah.
Nael melangkah cepat ke kamar mama, di mana handphone mama tergeletak di atas meja rias. Ia mengambilnya dan membawanya ke kamar mandi, tempat ia telah menyiapkan mesin cuci untuk mencuci baju. Nael meletakkan handphone mama di atas mesin cuci yang berfungsi, tanpa memperhatikan detail sekelilingnya.
Tanpa disadari Nael, handphone mama tergelincir dari mesin cuci dan jatuh ke dalam drum mesin cuci yang sudah dipenuhi dengan air. Handphone itu mengeluarkan bunyi aneh saat terendam dalam air dan deterjen.
Beberapa menit kemudian, suara aneh dari mesin cuci menarik perhatian mama. Ia langsung menuju kamar mandi dengan ekspresi cemas.
Mama dengan perasaan cemas dan khawatir "Nael, kenapa mesin cuci ini mengeluarkan bunyi aneh? Apa yang terjadi?"
Mama menemukan Nael di dekat mesin cuci, dengan handphone mama yang basah di tangannya. Ekspresi mama berubah dari khawatir menjadi marah dan kecewa.
Mama dengan ekspresi kecewa dan suara yang meninggi "Nael! Kenapa handphone mama ada di sini? Kenapa kamu tidak meminta izin sebelum meminjamnya?"
Nael berdiri dengan tangan bergetar, wajahnya memerah dan air mata mulai mengalir. Ia merasa sangat tertekan dan menyesal.
Nael dengan suara bergetar dan penuh rasa bersalah "Maafin Nael ya, Ma. Aku sangat menyesal. Aku hanya ingin mendengarkan musik."
Mama dengan kemarahan yang membara "Kenapa kamu tidak meminta izin? Sekarang handphone mama sudah rusak dan tidak bisa menyala."
Papa yang mendengar keributan segera datang. Wajahnya menunjukkan  kekhawatiran.
Papa dengan nada tenang dan menenangkan "Apa yang terjadi di sini?"
Mama menunjukkan handphone yang basah "Nael menjatuhkan handphone mama dan tidak meminta izin sebelum meminjamnya. Lihatlah, handphone ini sudah rusak."
Papa menatap Nael dengan serius "Nael, apakah benar apa yang dikatakan mama?"
"Benar, Pa. Maafin Nael. Nael janji tidak akan melakukannya lagi" Â ucap Nael dengan air mata yang semakin deras dan mengangguk pelan.
Papa menunduk sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum memberikan keputusan.
Papa dengan nada bijaksana dan tegas "Oke, Nael. Sekarang, kamu harus meminta maaf kepada mama dengan baik-baik. Mama dan papa akan membelikan handphone baru untuk mama."
Nael memohon dengan nada penuh penyesalan "Mama, maafin Nael ya. Nael benar-benar tidak bermaksud membuat mama marah."
Mama dengan ekspresi melunak tetapi masih tegas "Oke, mama memaafkanmu. Tapi ingat, jika kamu berbohong lagi atau tidak meminta izin sebelum menggunakan barang, akan ada konsekuensi."
Nael langsung memeluk mama dengan penuh rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam. Rasa lega dan terima kasih meluap dalam pelukan itu.
"Terima kasih, Ma. Aku akan lebih berhati-hati ke depannya" ucap Nael dengan nada penuh harapan.
Papa  yang melihat perubahan positif, mengangguk dan memberikan senyum hangat kepada Nael.
"Ayo, kita selesai dengan masalah ini. Sekarang, Nael harus menyelesaikan tugas mencuci baju, dan setelah itu kita bisa mencari handphone baru untuk mama." Uap papa. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Nael kembali ke mesin cuci dengan penuh semangat dan tekad baru. Ia menyelesaikan tugas mencucinya dengan cepat dan hati-hati, bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Setelah selesai, mereka berkumpul di ruang tamu untuk makan siang. Papa, mama, dan Nael menikmati makanan dengan suasana yang lebih tenang dan akrab. Momen pagi itu telah mengajarkan Nael pentingnya meminta izin dan menghargai barang-barang milik orang lain.
Setelah makan siang, mereka bersama-sama pergi ke toko untuk mencari handphone baru untuk mama. Nael merasa bangga karena dia telah belajar dari kesalahannya dan bisa memperbaiki situasi yang telah terjadi. Keluarga mereka merasa lebih dekat dan lebih kuat setelah melewati momen sulit tersebut.
Saat mereka pulang, Nael merasa lebih bijaksana dan bertekad untuk menjadi anggota keluarga yang lebih bertanggung jawab. Pengalaman itu mengajarkannya nilai-nilai penting tentang kejujuran dan tanggung jawab yang akan selalu dia bawa dalam kehidupannya ke depan.