Anak dalam proses kehidupannya mengalami perkembangan fisiologi dan psikologi. Masa-masa psikologi anak seperti itu, tentu sangat “rawan” dari pengaruh-pengaruh eksternal. Karakter anak akan menjadi baik/buruk, tergantung dari bentukan faktor eksternalnya. Anak-anak perlu dibina, diarahkan dan dididik agar anak tidak terjerumus ke dalam hal- hal negatif atau beresiko jelek bagi perkembangan jiwa dan fisik anak. Untuk itu, anak perlu diberikan pendidikan karakter secara menyenangkan dan terintegrasi. pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam diri individu. Pendidikan karakter yang merupakan kemampuan soft skill, adalah proses tuntunan kepada anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik memiliki karakter yang baik, seperti jujur, mandiri, religius, disiplin, kreatif, toleransi dan bertanggungjawab.
Karakter sesungguhnya harus dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting) dan kebiasaan (habit). Mereka diberikan pengetahuan tentang karakter melalui mendongeng dalam suasana yang menyenangkan dan penuh kedamaian. Dongeng yang familiar dengan kehidupan mereka akan mudah dicerna, apalagi dikemas dengan bantuan media atau sentuhan teknologi, maka suasana mendongeng akan menjadi lebih hidup dan menyenangkan, sehingga proses alih nilai akan menjadi lebih efektif dan optimal. Apresiasi dalam memberi contoh perilaku kepada anak tetap dibangun dalam alur cerita yang penuh keakraban, menyenangkan tanpa ada kesan menggurui atau “penindasan”. Anak akan mengalami proses dalam bertindak atau berperilaku dalam tindakan nyata (acting) sesuai tokoh yang menjadi idolanya. Proses ini akan terus berlangsung secara alami sehingga menjadi kebiasaan (habitus).