Sifatnya yang lentur dan tidak mudah patah kemungkinan jadi alasan kenapa memilih dari tangkai daun waru. Tanpa mengenyampingkan sifat getah yang juga mungkin punya pengaruh, entah sebagai nutrisi untuk rambut dlsb.
Pohon Waru termasuk sangat lekat dengan nilai sosial budaya masyarakat Bugis. Pola pemukiman masyarakat bugis jaman dulu kebanyakan mengikuti pola aliran sungai dan pohon waru banyak tumbuh di pinggiran sungai. Daun waru bisa dimanfaatkan untuk campuran bahan makanan, sayuran, juga dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan. Kambium pohon dan tangkai waru juga digunakan sebagai bahan sabun mandi maupun shampo jaman dulu.
Lirik lagu Rumpanna Bone menganalogikan Pohon Waru yang mate colli (mati karena layu pucuk) sebagai arumpone, sekaligus panglima perang kerajaan bone yang gugur dalam perang puputan bone (rumpanna bone) dalam melawan penjajah. Pucuk daun pada setiap pohon sebagai sumber kehidupan baru yang menandakan bahwa pohon sedang bertumbuh dan berkembang. Demikianlah sang panglima sebagai cikal bakal pemimpin yang diharapkan membawa kejayaan kerajaan namun gugur di medan perang.
Mate colli karena terlalu banyak diambil tangkai daunnya untuk dijadikan kembongen. Tapi meski mati, asal mati dalam memberikan banyak manfaat.