Â
IDENTITAS BUKU
Judul Buku                            : KERUNTUHAN JURNALISME
Penulis                                   : Dudi Sabil Iskandar
Penerbit                                 : Lentera Ilmu Cendekia
Cetakan                                 : Pertama
Jumlah Halaman                    : 152 Halaman
Jumlah Bab                           : 3 Bab
ISBNÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-8969-87-1
Â
Â
IDENTITAS PENULIS
Dudi Iskandar lahir di Bandung, 5 Maret 1972 dari pasangan Badrusin Saleh dan Hadiatin. Menikah dengan Yulia Dewi Ratih (2003) dan dikaruniai dua putri yang bernama Salsabila Anfang Mahadewi (8,5 tahun) dan Salsabila Alfa Mahaputeri (7 tahun). Kini tinggal di kompleks Puri Bintaro Hijau, Tangerang Sselatan. Ia menyelesaikan kuliah di Jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunun Gunung Djati Bandung,1996 dengan predikta cum laude. Menyelesaikan pendidikan magister di Pascasarjana Universitas Mercu Buana, Jakarta dengan spesialis political communication sejak Maret 2012, dan menjadi pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta, dan diberbagai universitas lainnya. Selama 12 tahun ia menjadi wartawan berbagai media cetak dan online. Sebelum dan sesudah menjadi wartawan, aktivis sekaligus instruktur Nilai-Nilai Dasar Perjuangan di berbagai level training HMI era 1990-2000 ini, produktif menulis di berbagai media cetak. Delapan buah buku yang ditulis dan dieditnya. Dan ini adalah karya yang kesembilannya sekaligus menjadi karya intelektual pertama yang ditulisnya sendiri.
Â
Â
Â
Â
TUJUAN
Untuk memberitahukan bahwa jurnalisme sudah hampir runtuh. Jurnalisme terbelah secara tajam dan sarkasis bahkan mengarah ke konflik. Tidak ada lagi penghargaan terhadap ‘Profesi Agung dan Mulia’, bernama wartawan; etika jurnalistik hanya bahasa di ‘langit’; kode etik dibuang ke tong sampah; nilai berita diinjak. Maka dari itu Jurnalis harus menjaga indepedensi dari objek liputannya. Independen bermakna tidak tergantung pada apa dan siapa pun. Memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas. Sesungguhnya inilah tugas utama jurnalisme. Ia berada di luar kekuasaan tetapi mampu memengaruhi jalannya roda kekuasaan. Beragam julukan untuk pers atau media, atau jurnalisme sejatinya menjadikan sebagai perpanjangan kaum tertindas.
Â
ISI
Buku ini berjudul KERUNTUHAN JURNALISTIK. Buku ini ditulis oleh Dudi Sabil Iskandar, dimana dalam buku ini menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada dunia jurnalisme kita, saat ini? Tengoklah pertarungan media pada pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden 2014. Mereka terbelah secara tajam dan sarkastis, bahwa mengarah ke konflik.
Di kalangan penggiat jurnalisme dikenal doktrin, bahwa media boleh bersikap melalui opini (bukan factual) yang tertera di rubik editorial atau tajuk rencana. Secara filosofis, jurnalisme harus tetap berpijak pada prinsip kebenaran, independensi, check and balance, cover all (multi) sides, verifikasi fakta, dan keberpihakan pada yang lemah. Etika jurnalisme berfungsi untuk menjamin media memproduksi jurnalisme yang berkualitas dan publik pun mendapat informasi yang sehat dan mencerahkan.
Sesungguhnya yang terpenting dari jurnalisme warga ini adalah hasil kreasi sendiri. Yakni tulisan yang berisi reportase, liputan, wawancara, atau opini yang dimuat dalam blog atau media pribadi. Meski akurasi informasi pada media akses masih perlu diuji, tetapi dalam ranah kecepatan penyebaran informasi, internet adalah nomor wahid. Internet yang semula diprediksi menjadi hantu penghancur media cetak, kini justru menjadi dewa penyelamat.
Â
Â
KELEBIHAN
·        Covernya yang menarik
·        Menggunakan kata-kata yang mudah dipahami
·        Dijelaskan dan dipaparkan definisi secara rinci
·        Diberikan contoh setiap poin-poin
Â
Â
KELEMAHAN
·        Perekatnya kurang kuat
·        Banyak kesalahan pada kata-kata
·        Kurang berwarna pada dalam isi buku
Â
Â
KESIMPULAN
Buku Keruntuhan Jurnalisme ini bagus dan layak untuk dibaca bagi yang ingin mendalami ilmu jurnalisme. Dibuku ini jelas dan dipaparkan apa saja Jurnalisme yang ada terlebih diberikan contoh kasus disetiap poin-poinnya, dan kita bisa mengetahui apa saja kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas Jurnalisme yang sebenarnya. Penulis ingin menegaskan bahwa dalam konteks Indonesia, pers atau media tidak hanya bertanggung jawab untuk mentaati kode etik jurnalistik sebagai standar professional, tetapi juga harus memihak pada nilai agama yang dianutnya. Artinya, selain ada pertanggung jawaban di dunia, pekerja pers juga harus meyakini bahwa pekerjaan mereka juga akan diminta pertanggung jawaban di akhirat, kelak. Inilah karakter sesungguhnya pers Indonesia. Saya senang membaca buku ini karena mudah dipahami ya semoga aja ada terbitan baru dengan isi yang berbeda tapi tetap di jalur komunikasi.