Lamongan (11/9). Layaknya lingkungan perkampungan, membuat situasi di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Lamongan memiliki multi problem yang harus dicarikan solusi. Kondisi yang over kapasitas dan over crowded menjadikan Lapas Lamongan harus semakin menekan segala bibit-bibit problematika yang dirasa akan muncul sebagai problem baru.
Permasalahan klasik yang terjadi seperti : kekurangan air bersih saat musim kemarau, banjir saat musim hujan, got mampet, tercampurnya air sapiteng (black water) dan air pembuangan dari kamar mandi (grey water) menjadikan problem yang seakan tak ada solusi selama ini. Warga Binaan Pemasyarakataj (wbp) tidak sedikit yang terjangkit penyakit gatal-gatal imbas dari pencemaran tersebut.
Kegiatan WBP seperti sholat berjamaan, budidaya hidroponik, kerajinan sabun, dan jasa loundry juga terimbas dari pencemaran air yang ada di Lapas Lamongan. Hal ini juga dikarenakan lokasi geografis Lapas Lamongan yang lebih rendah dari bangunan warga sekitar lingkungan Lapas Lamongan.
Dengan kapasitas 205 orang dan saat ini terisi 735 orang WBP, membuat Kepala Lapas (Kalapas) Lamongan Mahrus harus berfikir keras bagaimana cara mengatasi problematika tersebut.
Sejak awal tahun 2023 Mahrus sudah membaca situasi tersebut dan sedikit demi sedikit membenahi sistem dan infrastruktur yang ada. Meski dengan serba keterbatasan anggaran, Mahrus menggandeng kiri-kanan mitra yang peduli dengan Pemasyarakatan dan alhamdulillah sedikit demi sedikit bisa mencari solusi terkait permsalahan yang ada di Lapas jalan Sumargo tersebut.
Mahrus menamai Program Aksi tersebut dengan istilah BANG LAMONG BERSERI, dengan makna Membangun Lapas Lamongan yang Bersih, Sehat, dan Ramah Lingkungan.
Mahrus membagi tujuan program tersebut menjadi 3 periode, yakni tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
"Untuk jangka pendeknya, kami targetkan permasalahan pencemaran lingkungan, banjir saat hujan, dan kering saat kemarau itu tertanggulangi di tahun 2023 ini. Untuk itu kami bersama-sama sudah membuat instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), sedangkan jangka menangah dan jangka panjangnya kami ingin sirkulasi drainase tata kelola air limbah/sampah dan konservasi air bersih secara terintegrasi di tahun 2014 hingga 2025 rampung" tutur Mahrus.
Salah satu WBP Lapas Lamongan, Arif (35 th) memberikan testkmoni saat diwawancara. Arif mengatakan perubahan kondisi di Lapas Lamongan saat ini sangat luar biasa drastis. Lingkungan yang awalnya kurang nyaman utk ditempati, sekarang sudah bersih dan asri.
"Perubahan dari inovasi yang dibuat Pak Mahrus ini sungguh luar biasa, got dan selokan yang selama ini mampet dan berbau sekarang ini sudah mulai lancar dan tak berbau. Saluran pembuangan air dan sapiteng sekarang juga sudah terpisah. Hasil pengolahan air limbah menjadi air bersih juga layak untuk digunakan, baik untuk mandi dan cuci. Lingkungan nyaman dan aktifitas kegiatan kepribadian maupun kemandirian juga antusias karena kebutuhan air bersih tercukupi. "Ucap Arif WBP asal Lamongan tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Pembina Lingkungan tingkat Nasional Bambang Irianto yang mengapresiasi penuh atas inisiasi dalam rangka peduli dan tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan yang ada di Lapas Lamongan.
"Program Aksi BANG LAMONG BERSERI yang digagas pak mahrus ini sangat bagus, ini merupakan  bagian yang tak terpisahkan dengan program PROKLIM yang sudah dicanangkan beberapa bulan lalu bersama saya dan saya amati progresbya nyata dan jelas untuk membawa Lapas Lamongan ramah lingkungan", ujar Pria penerima penghargaan Kalpataru Tahun 2018 lalu itu.
Mahrus berharap, Program BANG LAMONG BERSERI ini tidak hanya jadi program aksi karena tuntutan tugas Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan X Tahun 2023 ini saja, namun lebih dari itu Mahrus berharap akan terus berkesinambungan untuk seterusnya dalam mewujudkan Situasi Iklim Lingkungan yang bersih, sehat dan tentunya ramah lingkungan.
(Red. Agus/Humas Lapas Lamongan)