Bagaimana nasib seni tradisional di tengah zaman yang terus berkembang, dengan banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan modern yang membuat anak anak lebih memilih jalan-jalan ke mall daripada ke museum, anak anak dan remaja lebih tertarik dengan tontonan dari luar negeri sehingga tak dapat dipungkiri kebudayaan asing akan meresap dalam otak mereka. Kesenian tradisional pun akan tenggelam. Lantas apa kita harus menyalahkan teknologi dan modernisasi? Apa kita harus beradu otot dan caci makian ketika negara tetangga mengakui seni “Reog” merupakan kebudayan asli mereka? Harusnya kita menyadari dan bercermin, apakah seni budaya kita selama ini mendapat apresiasi dan wadah yang tepat di negeri sendiri.
Tentu kita dan pemerintah sadar, dari 200 juta penduduk Indonesia ini hanya segelintir orang saja yang pernah ke museum, itupun bisa dihitung dengan jari, berbeda dengan mereka pergi ke mall belanja atau sekedar nonton di bioskop. Kita butuh wadah agar semua orang tertarik datang dan nyaman menikmati keanekaragaman kebudayan Indonesia, tidak hanya para turid tetapi anak anak indonesia juga.
Selama ini keperdulian generasi muda terhadap seni dan budaya belum disertai dengan ruang edukasi tentang budaya yang memadai. Atas dasar tersebut maka lahirlah Galeri Indonesia kaya yang mengangkat edutainment budaya berbasis teknologi digital yang bisa mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekpresi dalam lingkup tradisi budaya. Dengan adanya Galeri Indonesia Kaya seni budaya yang jarah disentuh di ruang publik akan mendapat tempat dan mampu tetap terpelihara dan tetap menyapa generasi yang akan datang.
Galeri Indonesia pada 10 Oktober 2014 menginjak angka 1 tahun, usia yang masih sangat belia tetapi setidaknya sudah mampu mengobati dahaga kita akan wadah tradisi budaya. Sukses dengan 256 acara seni dengan jumlah catatan pengunjung sekitar 91.218 penonton.
Akan diadakan pertunjukan dari mulai Dramatic Reading “Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang merupakan novel laris Ahmad Tohari yang akan dibawakan oleh ahlinya Monolog Indonesia Butet Kartaredjasa. Pemutaran film dari Miles dan MUVILA, tentu film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) sudah tak asing buat penonton Indonesia, tetapi jangan salah, film Drupadi yang merupakan film non komersil yang tak tanya di bioskop akan di putar Minggu sore ini jam 15.00, Ada juga Monolog 3 perempuan Sabtu 11 Oktober 2014. (daftar lengkap bisa dilihat di (http://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya/kegiatan).
Kita sebagai generasi muda tentu bangga dengan seni tradisi dan punya kewajiban terus melestarikan. Galeri Indonesia Kaya memang langkah maju dan patut dicontoh dan didukung. Kita berharap tentunya wadah seni tradisional bisa tebih banyak dan tersebar luas tidak hanya di Jakata tetapi di seluruh wilayah Indonesia.
Selamat Ulang Tahun, Galeri Indonesia Kaya !!!
Foto-foto: Koleksi pribadi www.kompasiana.com/lannang