Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Penting Mana, Motivasi atau Habit?

10 Maret 2022   21:50 Diperbarui: 10 Maret 2022   21:55 606 1
Suatu ketika sebuah sekolah menyelenggarakan talkshow yang mengundang seorang publik figur sebagai narasumbernya. Acara dikemas dengan konsep dialog interaktif seputar pengalaman hidup dan kesuksesan sang narasumber. Pemateri ialah seorang pemuda yang berhasil menghafal Al-Qur'an di usia mudanya. Tidak hanya hafidz Qur'an, pemuda tersebut juga pengusaha yang sukses mengembangkan bisnis kulinernya. Ia berbagi kisah hidupnya yang awalnya bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang yang terkenal. Beberapa tips dalam menghadapi tantangan hidup juga ia berikan. Sebagian besar siswa pun berdecak kagum akan kesuksesan yang diraih oleh pembicara. Kala itu hampir semua siswa ingin menjadi seperti sang narasumber, sukses dalam urusan dunia dan agamanya.

Lepas acara, peserta biasanya akan terbagi menjadi 3 tipe pendengar. Tipe pertama adalah orang yang hanya kagum saja, tanpa termotivasi sedikitpun oleh kisah si narasumber. Ia beranggapan bahwa apa yang dicapai oleh si pemateri tidak mungkin bis berlaku untuk dirinya. Dengan kata lain, telah terjadi mental blocking pada dirinya sendiri. Tipe kedua yaitu adalah orang yang kagum dan termotivasi lalu memiliki semangat tinggi agar dirinya bisa meraih kesuksesan yang sama, namun sayangnya ia ingin kesuksesan itu diraihnya dengan cara cepat atau instan. Akhirnya keesokan harinya ia mencoba mengerjakan tips-tips yang diberikan dengan penambahan target yang sangat tinggi. Misalnya, ia langsung mencoba menghafalkan 1 lembar ayat di hari itu. Namun lagi-lagi hal tersebut hanya berjalan temporer saja, tepat di hari ke 3 ia mulai "lelah" dan menyerah.

Adapun tipe orang ketiga yaitu orang yang termotivasi dengan kesuksesan pembicara, lalu mulai menyusun rencana bagaimana cara meraih kesuksesan tersebut secara konsisten. Ia pun mulai membuat daftar check list kebiasaan-kebiasaan  yang harus dilakukannya setiap hari. Daftar tersebut disesuaikan dengan kemampuan dirinya, dia tidak mematok target yang terlalu tinggi untuk dirinya misalnya dia hanya menghafalkan 3 ayat perhari. Jadi orientasi perubahan dirinya terletak pada konsistensi pelaksanaan habit tersebut, bukan pada jumlahnya.

Dari studi kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa ada dua hal utama yang dapat membentuk kesuksesan seseorang, yaitu motivasi atau habit. Keduanya menurut saya sangat penting dan saling melengkapi. Motivasi ibarat booster yang kita butuhkan sewaktu kita "futur" dan kehilangan semangat. Adapun habit ibarat batu bata yang kita susun sedikit demi sedikit untuk membentuk bangunan kokoh di kemudian hari. Motivasi ibarat vitamin yang suatu saat kita butuhkan untuk memperkuat imun kita, sementara habit adalah olahraga rutin, tidur teratur dan makan makanan bergizi yang kita lakukan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Apa yang dibutuhkan untuk membangun motivasi dan habit?

Bahan bakar motivasi diri adalah kesiapan jiwa untuk menerima nasehat dan masukkan dari orang lain. Motivasi juga bisa timbul dari dalam diri sendiri dalam bentuk afirmasi. Keduanya hanya bisa memiliki efek jika mental kita siap menerima nasehat tersebut. Dengan kata lain kita harus menghancurkan mental blocking kita terlebih dahulu. Mental blocking bisa berbentuk ego diri (ujub) atau juga insecure (rendah diri).

Sementara bahan bakar dari habit adalah praktek (practice) dan pengulangan (repetition). Jika habit diibaratkan anak, maka practice dan repetition adalah orangtuanya. "Practice make you right, repetition make you perfect." Praktek membuat kamu tau bahwa kamu berada di jalan yang benar sementara pengulangan menyempurnakannya. Dalam bahasa manajemen, practice adalah efektivitas dan repetition adalah efisiensi.

Jika kita hanya mengandalkan motivasi perubahan yang kita raih biasanya akan berjalan secara fluktuatif. "Yaziid wa yanqus" kadang naik kadang turun. Kita akan sangat semangat untuk berubah sesaat setelah kita mendapatkan motivasi, namun perlahan semangat itu akan memudar seiring dengan hilangnya pengaruh motivasi. Namun ternyata hal tersebut terjadi hampir pada kebanyakan orang tidak terkecuali sahabat Rasulullah Saw.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun