Suamiku sudah masuk kamar mandi sedari datang. Dia memilih menyegarkan badannya dengan siraman air. Aku juga inginnya begitu tapi sayang aku kalah start dia yang duluan sampai. Tak lama sih waktu kutanyakan paling beda lima menitan.
Setelah sedikit berkurang lelah,aku segera beranjak ke dapur memasak nasi untuk kami berdua. Malam ini sepertinya cukup ceplok terlur saja seperti malam sebelumnya. Karena tempat kerjaku sedikit jauh dari rumah maka aku takkan sempat memasak. Agar cepat sudahlah ceplok telur saja toh suamiku juga tak pernah protes. Baginya masakan apapun selalu enak yang penting aku yang buat.
Kami berdua sebetulnya hanya numpang tidur saja di rumah kontrakan yang tak luas ini. Dari pagi hingga gelap malam kami bekerja ke luar. Untunglah keempat anak kami,kami titipkan di desa. Kalau tidak ya kasihan mereka sering kami tinggalkan bekerja.
Kamu berdua memang perlu bekerja karena empat anak kami dikampung tentu saja membutuhkan biaya besar. Tak mungkin mengandalkan Ayah dan Ibuku yang hanya bekerja sebagai petani.
Jika hanya suamiku saja yang bekerja rasanya juga masih kurang. Dulu sih cukup waktu suamiku masih bekerja sebagai debt colector dari lissing motor. Namun setelah pengalaman pahit digebukin konsumen hingga nyaris mati membuatnya memilih berhenti saja.