Ternyata lahan menulis yang pas buat saya ya di Kompasiana mau sepanjang apapun tak masalah. Apalagi tiap paragraf tulisan bisa disisipkan gambar. Kalau di media sosialkan beberapa gambar dipasang baru keterangan dibawahnya. Tak bisa berurutan.
Jika di FB saya menunggu jumlah like untuk tiap status makin banyak yang ngelike makin gembira, maka di Kompasiana saya menunggu statistik jumlah pembaca dari sesama kompasianer. Makin banyak pembaca makin Kembang kempis idung, kalau sudah diberi label pilihan oleh admin tidur bisa nyenyak. Apalagi dijadikan artikel utama, bocah-bocah langsung di ijinkan jajan sepuasnya karena girang.
Adanya komentar di status media sosial bikin hepi karena ada yang perduli, nah adanya vote dan komentar di bawah artikel kita di Kompasiana juga sama tuh bikin senyam-senyum sendiri kayak abg yang di godain sama gebetan.
Dulu kalau tak bikin status barang sehari maka kepala sedikit pening, sekarang ganti tak menayangkan satu tulisan dalam sehari bikin mood turun berasa ada yang kurang. Entah seperti sayur kurang garam atau nasi kurang lauk Pauk atau jatah belanjaan tak sesuai harapan.
Ya, kecanduan memindahkan status Facebook ke tulisan Kompasiana sepertinya tak bisa dihindari. Sekarang media sosial saya jadi jarang tersentuh. Ada juga cuma buat nge-share tulisan di Kompasiana, maklum sekarang sudah mulai mata duitan mengikuti program kompasiana yang berpotensi menghasilkan uang.
Bagaimana ini?