Tapi hal mengejutkan adalah mundurnya direktur utama Pertamina. Seperti dilansir Kompas.com, Karen Agustiawan dari BUMN terkaya Indonesia itu efektif 1 Oktober 2014 setelah dicoba dinego oleh Dahlan Iskan, Meneg BUMN. Padahal Karen sudah berhasil membawa perubahan sangat signifikan di tubuh Pertamina. Indikator paling meyakinkan terlihat dengan terpilihnya Pertamina masuk 500 perusahan terbaik versi majalah Forbes.
Pengunduran diri Karen Agustiawan ini sangat ironis. Dengan prestasi yang mendunia, dia mundur dengan alasan mau mengurus diri sendiri, keluarga dan menjadi pengajar di Universitas Harvard. Sejauh ini belum terungkap apa kesalahan Karen selama memimpin Pertamina. Mungkin saja komunikasi dan kordinasi dengan pihak eksternal seperti DPR, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN mendatangkan kesulitan baginya. Bagaimanapun juga tenaga, pikiran, ide dan totalitas hidup Karen masih dibutuhkan oleh negeri ini. Boleh jadi wanita pertama yang menjadi direktur utama Pertamina ini menjadi salah satu figur yang masuk radar Jokowi - JK untuk menduduki salah satu pos dalam kabinet mendatang. Tapi apa boleh buat kalau ia memilih mau mengabdikan diri ke luar negeri.
Pada sisi lain, tak sedikit pejabat publik, mulai dari anggota DPRD, anggota DPR, Ketua Umum partai politik bahkan menteri yang tetap ngotot menduduki kursinya padahal mereka bermasalah secara politik, moral, etika dan hukum. Orang-orang ini perlu introspeksi mendengarkan suara hatinya di samping keluhan dan kritik dari teman-temannya dan masyarakat luas.
Karen Agustiawan termasuk jajaran pejabat yang turun jabatan dengan cara terhormat. Dia tidak dijatuhkan, terkena kasus hukum atau dipecat. Dia meninggalkan Pertamina relatif jauh lebih baik dari pada hari pertama menjabat. Bangsa ini membutuhkan pejabat yang berbuat lebih dan berdampak baik bagi orang banyak.