Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ketika Spesialis Tergantikan Oleh Non Spesialis

20 Maret 2015   20:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21 54 5

Jika melihat keadaan saat ini, keadaan dimana pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok bisa dikatakan masih dalam tahap menuju suatu keinginan untuk maju, “hanya masih dalam keinginan untuk maju”. Mengapa begitu? Bukankah keadaan pendidikan di Lombok adem ayem saja tidak ada masalah. Memang iya adem ayem, adem ayem yang saat ini menghasilkan “belum adanya suatu perubahan untuk menuju suatu langkah kemajuan”. Pendidikan di pulau Lombok membutuhkan orang yang mampu merubahnya menuju suatu kemajuan. Dengan cara apa? Iya kita butuh seseorang yang mampu memberontak untuk menjadikan pendidikan di pulau Lombok ini bisa maju. Memberontak bukan diartikan menjadi sebuah hal yang mengandung konflik, namun memberontak disini adalah dalam hal menuju perubahan yang lebih baik. Siapa sosok orang yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang nantinya akan membawa suatu perubahan didalam pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok.


Berbicara tentang bagaimana kategori sosok orang yang bisa membawa suatu perubahan dalam pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok tentunya bukan sembarang orang yang bisa dikategorikan menjadi seorang sosok yang bisa membawa suatu perubahan menuju suatu pendidikan yang lebih baik di Indonesia khususnya dipulau Lombok, namun dibutuhkan orang-orang yang mempunyai suatu komitmen dalam diri, mempunyai tanggung jawab dan bisa diandalkan yang tentunya orang-orang seperti ini adalah orang-orang pilihan yang jarang terlihat muncul J. Apakah dia bersembunyi atau mungkin sosok seperti ini jarang adanya? Maka seandainya sosok-sosok seperti ini ada dan banyak adanya di Indonesia, maka yakinilah pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok akan menjadi yang terbaik di dunia. Lalu kira-kira peransiapa yang akan cocok untuk memulai suatu perubahan menuju kemajuan dalam pendidikan?


Peran ini tentunya tidak lain dan tidak bukan adalah sosok orang yang tentunya ada dan berada dalam posisi yang berperan dalam pendidikan, sosok ini adalah pendidik ataupun guru yang ada di rancah lembaga pendidikan. Guru yang sesungguhnya adalah guru yang mempunyai suatu komitmen untuk menjadi seorang guru, bertanggung jawab dan bisa diandalkan yang kemudian nantinya sosok seorang guru ini bisa mendidik peserta didiknya menuju sebuah kemajuan yang tidak lagi mengandalkan bantuan namun percaya dengan kemampuan ia sendiri dengan pengetahuan emasnya.


Dan ternyata apa yang membuat pendidikan di Indonesia khusunya di pulau Lombok ini masih jalan-jalan di tempat, permasalahan utamanya adalah kualitas dari pendidiknya itu sendiri. Setelah dari beberapa penelitian yang saya lakukan, ternyata hasil yang saya temukan ialah bahwa banyak pekerja yang bekerja dalam lembaga pendidikan baik di SDN/MI, SMP/MTS, SMA/MA yang sebenarnya bukan dari latar belakang lulusan dari lembaga yang mencetak seorang pendidik. Lalu apakah itu berpengaruh didalam suatu kemajuan pendidikan? Jelas itu sangat berpengaruh di dalam suatu tujuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia khsususnya di pulau Lombok.


Pekerja yang saat ini bekerja dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun bukan dari latar belakang yang lahir dari lulusan pendidik, ternyata bisa dikatakan hanya 50% pengetahuan yang peserta didik bisa terima darinya, hal ini dikarenakan pekerja yang bekerja saat ini di dalam lembaga pendidik bukanlah dari orang yang dicetak menjadi pendidik, namun orang yang berasal dari suatu ilmu murni yang bukan berlatarkan pendidikan. Misalkan guru yang ada saat ini ada yang dari lulusan program studi sosiologi murni, bukan dari sosok orang yang sebenarnya lulusan dari program studi pendidikan sosiologi. Ataupun matematika murni, biologi murni, kimia murni dan lain lain yang dimana program studi tersebut tidak sama sekali diajarkan untuk bagaimana cara mengajar, mengetahui perkembangan peserta didik dan bagaimana memahami peserta didik.

Mengapa bisa terjadi fenomena seperti ini, seorang yang seharusnya menjadi spesialis untuk mengajar malah tergantikan oleh yang bukan spesialis dalam mengajar. Mungkinkah persaingan orang yang lulusan dari latar belakang pendidikan kalah dengan orang yang bukan dari latar belakang lulusan pendidikan. Atau ada sesuatu yang salah didalam perekrutan tenaga kerja pendidik? Mungkin saja iya. Menagapa tidak jika kita melihat bagaimana tes untuk menjadi seorang pns (guru) kebanyakan pertanyaannya mengenai tentang pengetahuan umum yang rata-rata pertanyaannya bukan dari hal bagaimana cara melakukan pembelajaran dalam kelas, profesi keguruan dan semacamnya yang berisi tentang bagaiamana isi materi dalam pendidikan yang diajarkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun