Duniaku memang penuh gejolak, dialektik dalam diri ini selalu saja inginkan hal yang baru, lalu 4 hari sebelum natal kuputuskan untuk tinggalkan Jakarta yang penuh eufora itu dengan semangat menjalani realita tanpa expetasi. Kubilang pada teman sebahuku disana, aku pergi bukan ingin menjadi pengecut yang lari dari masalah. Tapi kupikir aku ingin terjebak dikandang lain dengan kesusahan yang dapat menempa diriku, karena aku tak ingin meminta-minta lagi pada ibuku, satu satunya orang tua yang kumiliki. Aku lebih memilih tidur diatas kasur dengan listrik dan juga peralatannya kubayar sendiri, juga memilih membayar kuliah dari jerih payah sendiri. Walaupun mendapat fasilitas yang menguntungkan, bagiku aku tak ingin lama terlena dalam buain kemewahan yang ada, ditambah dengan ekpetasi kanan kiri tetanggaku yang tak habis pikir daku bisa kuliah di kota orang lain. Ya, bagiku ini ekpetasi yang euforis tak ada lagi aroma pesimis bagiku yang ada hanya semangat menuju puncak kebebasanku.
KEMBALI KE ARTIKEL