Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

K9: Howitzer Penguasa Pasar Senjata Artileri SPH Dunia. Bagaimana Prospeknya di Mata Pussenarmed TNI AD?

20 Mei 2024   18:23 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:33 177 0
Dijuluki "The Thunder," artileri K9 bisa dibilang telah menjadi senjata swagerak howitzer yang terbukti paling mumpuni dan ikonik di dunia. Tak banyak yang tahu, senjata ini pada awalnya didesain dan dikembangkan oleh Samsung Aerospace Industries, yang masih merupakan anak perusahaan dari Samsung Group, korporasi yang terkenal akan produk elektroniknya seperti telepon genggam, TV, dan lain sebagainya.

Dikembangkan pada tahun 1998 oleh Badan Pengembangan Pertahanan Hanwha, Korea Selatan, howitzer berkaliber 155mm/52 ini mulai beroperasi pada tahun 1999. Senjata swagerak tersebut kemudian dikerahkan di garis depan sebagai pencegah utama terhadap serangan musuh. Korea Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara sejak Perang Korea tahun 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, memantik urgensi pemerintah untuk membangun kekuatan artileri yang kuat.

The Thunder menunjukkan kekuatannya yang mengesankan pada bulan November 2010 lalu ketika Korea Utara membombardir Pulau Yeonpyeong dekat perbatasan laut barat Korea. Enam unit K9 merespons serangan mendadak tersebut dengan menembakkan delapan puluh peluru ke arah barak musuh dan menyebabkan banyak korban di pihak Korea Utara.

Karena Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea sempat berisiko bertransisi menjadi lahan meletusnya perang artileri yang intens, kemampuan K9 sangatlah esensial. Pasca peristiwa tersebut, sistem artileri telah ditingkatkan dalam hal letalitas serangan, mobilitas, perlindungan, dan pertahanan diri.

K9 dirancang terutamanya untuk memenuhi konsep taktis "Shoot & Scoot". Dalam istilah awam, Shoot & Scoot berarti senjata bergerak ke posisi menembak, menyelesaikan misi penembakan tersebut, kemudian meninggalkan posisi menembak sebelum musuh dapat membalas serangan.

K9 sendiri berbobot 47 ton dan memiliki jangkauan tembak 40+ km dengan amunisi konvensional 155 dan dapat bergerak secepat 67 km/jam per jam. Dilengkapi dengan sistem pengendalian penembakan otomatis, artileri howitzer ini dapat menembak dalam waktu 30 detik dari posisi diam dan dalam waktu 60 detik saat bergerak. Laju tembakan tiga putaran dapat dicapai dalam waktu kurang dari 15 detik, dengan laju tembakan maksimum enam hingga delapan putaran per menit terus menerus selama tiga menit.

Karena Thunder dibuat untuk beroperasi di pegunungan terjal di dekat wilayah DMZ, kendaraan ini dilengkapi dengan suspensi hidro-pneumatik canggih untuk mendukung pergerakan di medan berbatu. Berkat mesin berkekuatan 1.000 tenaga kuda, Thunder memiliki rasio power-to-weight yang lebih tinggi dibandingkan banyak howitzer lain seperti M109 Paladin buatan AS.

Yang membuat K9 lebih istimewa adalah operasi gabungannya dengan Kendaraan Pasokan Amunisi K10. K10 sendiri adalah sistem transfer amunisi otomatis pertama di dunia, yang memfasilitasi pasokan amunisi tanpa memaksa kru untuk keluar dari perlindungan lapis baja. Menggunakan sasis yang sama dengan K9, kendaraan pemasok dapat memasok K9 di medan perang dengan perlindungan; menggunakan jembatan otomatis untuk menghubungkan kedua kendaraan. Ia dapat menampung hingga 104 peluru dan mentransfernya ke howitzer dengan kecepatan sekitar 12 peluru per menit.

Perkembangan K9 di Masa Depan

Sebagai sebuah varian modifikasi, K9A1 telah digunakan oleh Angkatan Darat Korea Selatan sejak tahun 2018. K9A1 dilengkapi dengan Unit Daya Tambahan (Auxiliary Power Unit atau APU) yang memungkinkan kendaraan dioperasikan dan ditembakkan tanpa menjalankan mesin utama, sehingga menghemat jam kerja mesin. Penggunaan APU juga berarti awak kapal dapat beroperasi tanpa terkena kebisingan mesin.

Modifikasi lain pada K9A1 mencakup periskop malam untuk pengemudi yang dilengkapi dengan kamera inframerah pandangan depan yang terhubung dan dapat diakses melalui monitor, serta kamera pandang belakang untuk membantu memastikan keselamatan kru.

Dengan menggabungkan sistem navigasi inersia dan sistem posisi global, K9A1 dapat menemukan lokasi dirinya dengan lebih tepat, sementara sistem kendali penembakan ditingkatkan menggunakan pengatur sekring elektronik dan sistem kendali status amunisi. FCS baru bahkan diprogram untuk amunisi dengan jangkauan 54 kilometer.

Dalam waktu dekat K9 Thunder howitzer swagerak (self-propelled howitzer atau SPH) diprediksi akan mengalami lonjakan dalam peningkatan kemampuan dan kaulitasnya. Memanfaatkan turret atau menara tank yang sepenuhnya otomatis dibandingkan sistem pemuatan amunisi semi-otomatis, K9A2 akan mampu menembakkan sembilan+ peluru per menit dengan stabil. Jumlah kru pun dapat dikurangi dari lima menjadi tiga sehingga dapat membuat keseluhan operasi lebih efisien.

"Kemampuan K9 terus berkembang untuk memenuhi tuntutan konsep perang darat di masa depan," kata Yoon Young-ki, insinyur utama yang terlibat dalam proyek pengembangan K9A2. "Pengembangan sistem penanganan dan pemuatan amunisi otomatis penuh telah berhasil meningkatkan laju tembakan menjadi sembilan dari enam putaran per menit."

Versi K9A2 diperkirakan akan ditingkatkan lebih lanjut kapasitasnya pada dekade depan untuk memperluas jangkauan tembak dan laju tembakannya. Selain itu, versi yang lebih baru, atau K9A3, akan mampu melakukan operasi berawak/tak berawak, dengan tujuan akhir menjadikan Thunder sebagai artileri yang depenuhnya tak berawak dengan menggunakan dasar operasi teknologi kecerdasan buatan (artifcial intelligence atau AI).

"Karena jalur perkembangannya didasarkan pada evolusi sistem, semua senjata K9 dapat ditingkatkan ke versi terbaru," kata Pasi Pasivirta, direktur pengembangan bisnis (R&D) Eropa untuk Hanwha Defense. "Ini terbukti menjadi cara yang efisien untuk memerangi keusangan. Semua fitur baru juga akan tersedia untuk semua pengguna K9."

Kehadirannya di Kancah Internasional

K9 sejauh ini merupakan senjata paling populer di antara artileri SPH lainnya di dunia dengan market share sekitar 53%. Hampir 1.700 unit K9 beroperasi di beberapa negara, termasuk Korea Selatan, Turki, Polandia, India, Finlandia, Norwegia, dan Estonia.

Pesanan lebih banyak kemungkinan akan datang, mengingat Australia yang saat ini sedang dalam proses memperoleh 30 kendaraan "Huntsman" AS9 dan 15 kendaraan pasokan amunisi lapis baja AS10. Versi Australia akan dilengkapi dengan perlindungan lapis baja yang sudah ditingkatkan dan suspensi lebih baik untuk mengatasi peningkatan bobot kendaraan. Bobot tempur AS9 diketahui berada di kisaran 50 ton.

Terkesan dengan performa tempur K9 yang luar biasa, pelanggan K9 seperti Norwegia dan India dikatakan mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak lagi K9.

"Selain kemampuan medan perang yang unggul, K9 memiliki keunggulan dalam hal biaya operasional dan pemeliharaan, karena artileri dioperasikan dalam skala besar secara global," kata Jeff Sung, juru bicara Hanwha Defense. "Selain itu, pengembangan modifikasi sesuai kebutuhan pelanggan berlangsung cepat dan sukses melalui berbagai program lokalisasi, termasuk kemitraan lokal dan transfer ilmu dan teknologi."

Prospek K9 Thunder di Indonesia

Artileri swagerak yang berjenis K9 Thunder sebenarnya sangat cocok untuk diakuisisi oleh Indonesia.

Walaupun sudah ada alutsista CAESAR 6X6 155 mm dan M109A4-BE di Pussenarmed TNI AD, peran K9 Thunder dianggap masih dapat memperkuat Militer Indonesia. Mengingat bahwa beberapa artileri Indonesia saat kini sudah berumur tua dan layak digantikan, terutamanya oleh K9 Thunder buatan Korea Selatan (Korsel) yang kualitasnya dapat dibuktikan.

Namun begitu, baik pihak Kementerian Pertahanan RI maupun Pussenarmed TNI AD, hingga kini belum mewacanakan pembelian senjata artileri jenis ini.

Hal ini menurut penulis pribadi, adalah langkah yang tepat. Pasalnya, untuk mengakuisisi K9, Pusat Kesenjataan Artileri Medan tidak hanya semerta-merta meninjau kapabilitas yang ditawarkan oleh produk tersebut, melainkan juga dari ketersediaan dana anggaran dan prioritas pemerintah.

Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki M109 AS. Skala produksinya berada di tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan K9 Thunder, sehingga harga jual dari M109 berada jauh di bawah K9 Thunder karena cost dapat ditekan. Ini dengan catatan bahwa M109 yang dimiliki oleh TNI AD saat ini umumnya diakuisi dari Angkatan Bersanjata Belgia, sehingga alutsista yang bersangkutan sudah bisa dipastikan merupakan barang bekas dan bukan didapatkan dari Amerika Serikat. Hal ini bersangkutan kuat dengan keterbatasan dana yang dianggarkan untuk militer.

Selain itu, terdapat prioritas yang TNI AD sudah kunci; yaitu untuk memperbarui persenjataan lawas yang sulit untuk dipertahankan (aspek maintenance) karena minim suka cadang. Jauh lebih efisien jika senjata-senjata ini lah yang dimodifikasi menggunakan fitur-fitur dan kecanggihan yang lebih modern.

Perlu juga dipahami bahwasannya, artileri SPH pada dasarnya merupakan anggota dari satu keluarga besar. Satu senjata adalah produk modifikasi dari senjata yang lain, dan seterusnya. Dalam hal ini misalnya, K9 merupakan upgrade-an tertinggi dari K55A1. Sementara, K55A1 sendiri merupakan salah satu versi dari K55 yang juga adalah lisensi dari M109A2. Sehingga pada level teknikalnya, satu produk dengan yang lain tidaklah jauh berbeda. Sebelum kebutuhan prioritas terpenuhi, belum ada urgensi bagi Pussenarmed TNI AD untuk membeli K9 Thunder.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun