Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Gelombang Revolusi Timur Tengah

16 Maret 2011   08:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 600 1
Melihat situasi yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Hal itu pernah terjadi disini, diĀ  Indonesia tiga belas (13) tahun yang lalu. Kepemimpinan Presiden Soeharto dituntut turun dengan dukungan aksi demonstrasi dimana-mana, kerusuhan juga terjadi dimana-mana. Gedung parlemen diduduki oleh para demonstran. Aksi yang akhirnya memakan 13 korban jiwa itu diselesaikan dengan turunnya presiden Soeharto pada 21 Mei tahun 1998 yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun. Semua kejadian itu berawal dari kurang puasnya rakyat Indonesia pada kepemimpinan yang dinilai tidak memberikan kebebasan berpolitik. Krisis moneter yang terjadi di kawasan Asia Tenggara saat itu memberikan dampak yang sangat buruk bagi perekonomian nasional Indonesia. Mata uang rupiah merosot tajam, diikuti krisis kepercayaan nasabah kepada bank-bank yang ada di Indonesia. Terjadi rush (penarikan uang besar-besaran) di bank-bank saat itu. Harga-harga kebutuhan pokok melambung hingga inflasi tidak dapat dikendalikan. Dari nilai 11% ditahun 1997 menjadi 77% pada tahun 1998. Angka yang gila! Apa yang terjadi di Timur Tengah, berawal dari Tunisia. Ketika tingginya harga kebutuhan pokok tidak sebanding kenaikan upah buruh dan pekerja. Masyarakat menuntut penurunan harga-harga kebutuhan pokok menuntut kesejahteraannya. Tingginya harga kebutuhan pokok yang hampir tidak terjangkau oleh pendapatan masyarakat Tunis membuat ketimpangan terjadi dimana-mana. Aksi demonstrasi menuntut pemerintah menurunkan harga kebutuhan pokok terjadi dimana-mana. Puncak kekecewaan terhadap pemerintah Tunisia adalah ketika seorang pemuda berusia 26 tahun melakukan aksi bakar diri didepan gedung pemerintahan Tunisia. Aksi itu dilakukan oleh Mohamed Bouazizi pemuda berusia 26 yang kecewa frustasi terhadap perlakuan kasar polisi dan selalu ditolak ketika ingin menemui dewan kota, membuat pedagang sayur yang gerobaknya disita karena tak memiliki izin itu membakar dirinya. Ia melakukan hal itu tepat di luar gedung dewan kota. Akibat kejadian itu, gelombang aksi demonstrasi yang terjadi sejak pertengahan Desember tahun 2010 itu menuntut presiden Zine El Abidine Ben Ali mundur semakin besar. Presiden yang telah memimpin Tunis selama 23 tahun itu di demo warganya hingga memakan korban mencapai 78 orang meninggal dunia. Bahkan informasi yang dikeuarkanPBB menyebutkan, jumlah rakyat yang meninggal sebenarnya mencapai 100 orang. Akhirnya, sang presiden mundur pada 14 Januari 2011 setelah mendapatkan tekanan hebat dari rakyatnya. Gelombang revolusi Tunisia menyebar ke negara-negara tetangga lain, Ke Mesir, Libya, Jordania, Aljazair, Yaman dan Bahrain. Presiden Mesir Hosni Mubarak mengundurkan diri setelah selama lebih dari dua pekan bertahan pada kursi kekuasaannya dari gelombang demonstrasi yang dilakukan rakyatnya. Dua pekan yang melewati dua Jumat bersejarah bagi rakyat mesir menggoyangkan kekuasaaan yang telah memimpin Mesir selama 30 tahun itu. Bukan tanpa sebab dan alasan. Presiden yang dilansir sebagai orang terkaya didunia itu terkenal juga sebagai pimpinan yang otoriter. Memperkaya diri dan keluarganya serta kerabatnya. Mengekang kebebasan berpolitik dan berpendapat rakyat Mesir. Hasilnya, setelah lebih dari 30 tahun rakyat Mesir 'patuh' menjalani rezim otoriter itu. Akhirnya sebuah catatan harus di akhiri. Pemerintahan kembali jatuh ke tangan rakyat dan apa yang terjadi di Mesir mengingatkan Indonesia saat masa Reformasi tahun 1998. Di Libya, masyarakat Libya menuntut Presiden Omar Khadafi mengundurkan diri juga. Aksi Demonstrasi dan tuntutan sang Presiden mengundurkan diri terus terjadi hingga saat ini. Berbeda dengan gelombang yang terjadi pada negara-negara sebelumnya, strategi pertahanan Khadafi terlihat lebih siap menghadapi demonstran dan bahkan tidak segan-segan membombardir para pendemo. Aksi demo ini dinilai berbeda dikarenakan perbedaan kondisi masyarakat Libya dengan Dua Negara sebelumnya. Presiden Omar Khaqafi menyatakan akan mempertahankan kekuasaannya hingga tetes darah penghabisan. Hal ini direspon oposisi pemerintahan dengan terus melakukan perlawanan bersenjata kepada pemerintah. Rakyat Libya menghendaki pemerintahn yang tidak terpusat hanya pada satu orang saja. Rakyat Libya menginginkan Omar Khadafi mundur dari kepemimpinannya. Terkait dengan semua kejadian itu gejolak Timur Tengah memberi dampak secara global atas pasokan minyak dan gas. Hal itu, dikarenakan negara-negara yang sedang mengalami goncangan kondisi politik dan keamanan itu adalah negara-negara produsen utama minyak dunia. Gejolak yang terjadi menyebabkan tersendatnya pasokan minyak dunia. Yang mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia terus melambung tinggi. Krisis yang terjadi di Libya saat ini menjadikan beberapa perusahaan minyak Indonesia yang ada disana menghentikan proses produksi. Harga minyak dunia menyentuh level diatas US$110 per barel. Di Indonesia sendiri rekapitulasi harga itu jauh melewati harga acuan APBN sebesar us$80 perbarel. Ini menyebabkan defisit anggaran yang mengakibatkan kenaikan pada bahan bakar minyak. Kondisi negara-negara Timur Tengah yang terus bergolak juga mempengaruhi wilayah Eropa. Kondisi perang Libya dan Bahrain mengkhawatirkan investor akan semakin berkurangnya produksi minyak dan tersendatnya ekspor migas dari negara-negara itu. Kekhawatiran pasar saham Eropa terlihat karena turunnya transaksi saham yang terjadi pada bursa saham Eropa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun