Minggu, 4 November 2012 siang hari, ada yang tampak berbeda di sekitar waduk sermo. Biasanya wisatawan datang untuk menikmati pemandangan indah di sekitar waduk yang di kelilingi oleh perbukitan dengan pohon-pohon yang rindang serta udara yang sejuk. Namun pada hari itu wisatawan dari daerah sekitar waduk dan luar waduk yang datang mendapatkan bonus dari rekreasinya di akhir pekan, dengan menonton tari angguk.
Digelarnya tarian angguk di obyek wisata Waduk Sermo dalam rangka “Sermo Art Festival 2012”. Festival ini diadakan untuk menarik pengujung dari dalam dan luar daerah Kulon Progo supaya potensi wisata di Waduk Sermo lebih dilirik lagi oleh wisatawan. Tepat di hari Minggu dimana saat anak-anak tidak sekolah dan orang tua tidak berkerja dan waktunya anggota keluarga bersantai serta mengisi acara akhir pekan dengan liburan atau piknik, Sermo Art Festival 2012 memberikan suguhan yang menarik, yaitu tari angguk. Dipilihnya tarian ini untuk lebih dikenal lagi akan tarian asli dari Kulon Progo tersebut kepada wisatawan.
Tari angguk. Mendengar namanya disebut masih asing di telinga. Kata angguk yang masih asing ditelinga membuat otak kita bertanya-tanya seperti apa tarian itu, dari mana asal tari angguk, siapa yang memainkan, penarinya menggunakan pakaian apa, dan lain sebagainya. Supaya menghilangkan rasa penasaran yang ada, mari kita bahas lebih lanjut tarian angguk.
Tarian ini berasal dari Kulon Progo, Yogyakarta. Kata angguk sendiri didapat dari para penari yang dalam tariannya terdapat bagian yang mengangguk-anggukan kepala. Gerakan dalam tarian angguk awalnya terinspirasi dari gerakan baris-berbaris pasukan Belanda. Selain gerakan yang pasukan Belanda yang menginspirasi, pakaian yang dikenakan pun juga membantu tarian angguk lebih sempurna dan menyerupai pasukan Belanda, walaupun tentu pakaian yang digunakan sudah di modifikasi dibuat lebih menarik supaya nampak seperti pakaian penari. Tari yang di mainkan oleh para wanita dengan menggunakan pakaian mirip pasukan Belanda membuat tarian angguk berbeda dengan tari ciri khas Yogyakarta yang lain adalah menggunakan celana pendek, sekarang ini banyak yang menyebutnya dengan “hot pens”. Selain celana pendek yang khas, ada pula topi sebagai perangkat penting untuk menyerupai pasukan Belanda. Penari angguk tidak cukup jika hanya menggunakan pakaian dan topi dari angguk tanpa di sertai dengan atribut yang mendukung dalam tarian angguk tersebut. Atribut yang melengkapi penari angguk berupa sampur, semacam selendang yang digunakan dalam tari, sempang, kaos kaki warna merah atau kuning, dan kaca mata hitam.
Layaknya seperti tarian dari Yogyakarta yang lain, tarian angguk juga diiringi dengan alat musik tradisional yaitu gamelan yang terdiri dari rebana, gendang, saron, dan lain-lain. Selain itu untuk mendukung musik tarian angguk supaya lebih menarik dan meriah dibantu juga dengan iringan alat musik modern yaitu bass, snare drum, keyboard fan cymbal. Saat penari keluar satu persatu alat musik berbunyi dan tidak lupa sinden pun ikut mengirinya. Kesenian tari angguk biasanya dipentaskan ketika ada acara-acara tertentu saja, seperti hajatan, khitanan, pernikahan dan saat seperti ini “Sermo Art Festival 2012”.
Tari angguk yang dimainkan oleh perempuan-perempuan cantik berasil mengundang wisatawan daerah ataupun luar dearah Kulon Progo untuk berkunjung ke Waduk Sermo, terlihat saat banyaknya yang menonton tarian ini. Penari yang membawakan tarian angguk berkisah berbeda-beda, hal ini terlihat saat awal mulai tarian hanya ada empat penari saja dan kemudian musik berhenti dan istirahat sejenak, dan disambung lagi dengan penari yang lebih banyak berjumlah sembilan orang. Penari-penari angguk yang begitu lues dan trampil membuat wisatawan dan warga sekitar muali dari anak-anak hingga orang tua terlihat terhibur dan menikmati tarian angguk dalam acara Sermo Art Festival 2012 ini.