Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Studi Khasus: Perang dan Keamanaan dalam Perspektif Realisme Klasik dan Neo Realisme

17 Oktober 2023   16:28 Diperbarui: 17 Oktober 2023   16:43 170 1
Dengan menggunakan, teori bisa membantu kita mengetahui ba- gaimana menanyakan dan menjawab beberapa pertanyaan fundamen- tal terkait dengan masalah internasional. Misalnyamengapa negara berperang, mengapa satu negara berkonflik atau bekerja sama dengan negara lainnya, apa yang menyebabkan terjadinya gelombang migrasi ke Eropa, apa motif di balik klaim Beijing atas Laut China Selatan, dan sebagainya. Dengan teori teori yang ada dalam studi HI kita dapat men jawab pertanyaan-pertanyaan iniSetidaknya teori-teori HI memung- kinkan kita untuk mendeskripsikan dan menjelaskan masalah-masalah tersebut, dan memungkinkan kita membuat prakiraan apa yang terjadi di masa depan. Teori realisme dalam hubungan internasional adalah salah satu pendekatan yang paling berpengaruh dalam ilmu politik untuk menjelaskan hubungan politik internasional Teori ini menempatkan konsep kekuasaan (power) sebagai pusat dari semua perilaku negara-bangsa menempatkan konsep kekuasaan sebagai pusat dari semua perilaku negara-bangsa
1. Realisme Klasik
Realisme klasik (classical realism) dalam beberapa literatur disebut juga sebagai realisme politik.23 Dalam upaya menelusuri asal usul teori realisme klasik dalam studi pada umumnya penstudi HI merujuk pada kritik Edward Carr (1939) dan Hans Morgenthau (1946) terhadap tradisi liberal. Namun para sarjana HI yang berusaha lebih adil juga menyebutkan signifikansi realisme klasik dengan pemikiran dua ilmu- wan asal Eropa, yaitu Georg Schwarzenberger (1941) dan Martin Wight (1946)Bahkan di Amerika sendiri sebelum Carr dan Morgenthau, sudah muncul pemikir HI yang dapat dianggap merepresentasikan realisme klasik, yakni Reinhold Niebuhr (1932) dan Frederick Schuman (1937). Pakar HI pada kurun waktu selanjutnya yang juga mengembangkan re- alisme klasik di antaranya John Hertz, Henry Kissinger, Raymond Aron, Inis Claude, dan George Kennan Realis klasik mendefinisikan power sebagai elemen atau sumber yang dimiki oleh sebuah negara dan menjadi landasan acuan bagi negara berinteraksi dalam politik internasional contoh Kasus dari realisme klasik yaitu Perang Irak yang juga dikenal dengan Perang Teluk Persia Kedua merupakan salah satu contoh perang yang sesuai dengan perspektif realisme klasik. Perang ini terjadi antara koalisi pimpinan Amerika Serikat dan pemerintah Irak dari tahun 2003 hingga 2011 Perang Teluk II merupakan contoh kasus nyata yang menggambarkan perspektif realisme dalam hubungan internasional. Realisme klasik adalah teori hubungan internasional yang menjelaskan bahwa politik internasional adalah hasil dari sifat manusia dan bahwa setiap negara memiliki kekuatan dan kepentingan nasional yang mempengaruhi perilaku mereka dalam konteks Perang Teluk II, invasi Irak ke Kuwait dipicu oleh kepentingan nasional Irak, terutama keinginan untuk menguasai sumber daya minyak Kuwait

2. Teori Neo-Realisme Defensif
Teori neo-realisme merupakan teori yang muncul akibat kegagalan realisme klasik menjelaskan mengapa Perang Dingin bisa sampai terjadi. Berbeda dengan realisme yang berpandangan bahwa negara selalu menginginkan power atau kekuasaan karena sifat dasar manusia, struktural realisme menyatakan bahwa sistem atau struktur internasional yang mendorong negara untuk meningkatkan powernya (Mearsheimer, 2012) neorealisme inilah yang menjadi dasar pemikiran atas kondisi dunia sekarang, yakni sebuah kondisi dilema keamanan (security dilemma) yang lahir dari pemikiran orang-orang yang pragmatis. Kondisi dunia yang menggambarkan bahwa suatu negara tidak pernah mampu yakin terhadap kehendak negara lain di masa depan. Kondisi kurangnya kepercayaan atas negara lain yang mengakibatkan negara-negara untuk selalu berjaga atas ancaman-ancaman yang mampu menganggu kemampuan sebuah negara untuk bertahan hidup contoh dari Kasus neo-realisme yaitu pengembangan Anti-Satelit Tiongkok: Dalam sebuah analisis, Teori Neo-Realisme Defensif digunakan untuk menjelaskan pengembangan Anti-Satelit Tiongkok. Teori ini berpendapat bahwa negara cenderung mempertahankan kebijakan moderat dan isolasionis demi menciptakan keamanan nasional Tiongkok telah mengembangkan kemampuan anti-satelit yang dapat digunakan untuk menghancurkan satelit musuh, termasuk satelit militer Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok lebih fokus pada pertahanan dan keamanan nasionalnya daripada dominasi dan ekspansi kekuasaan dalam konteks Neo-Realisme Defensif, Tiongkok menganggap pengembangan kemampuan anti-satelit sebagai langkah yang diperlukan untuk melindungi diri dari ancaman asing, terutama dari Amerika Serikat  Tiongkok berusaha untuk mempertahankan keamanan nasionalnya dalam sistem internasional yang anarkis, di mana negara-negara saling berkompetisi untuk kekuasaan dan pengaruh pengembangan Anti-Satelit Tiongkok juga dapat dilihat sebagai respons terhadap kebijakan Amerika Serikat yang semakin agresif dalam penggunaan teknologi antariksa untuk kepentingan militer Tiongkok berusaha untuk menjaga keseimbangan kekuatan dengan mengembangkan kemampuan anti-satelit yang sejajar dengan Amerika Serikat, tanpa berusaha untuk mendominasi atau mengancam negara lain.

3. Teori Neo-Realisme Ofensif
Teori Neo-Realisme Ofensif adalah pandangan dalam teori hubungan internasional yang menyatakan bahwa negara-negara cenderung memiliki perilaku agresif dalam politik internasional. Teori ini termasuk dalam mazhab neorealis dan pertama kali dipaparkan oleh John Mearsheimer Neo-Realisme Defensif berpendapat bahwa negara-negara cenderung mempertahankan kebijakan moderat dan isolasionis demi menciptakan keamanan Di sisi lain, Neo-Realisme Ofensif berpendapat bahwa negara-negara ingin memaksimalkan kekuasaan dan pengaruhnya demi meraih keamanan melalui dominasi dan hegemoni contoh dari Kasus Neo-Realisme yaitu tindakan Rusia dalam aneksasi Krimea dan konflik dengan Uni Eropa yang menunjukkan upaya negara tersebut untuk mencapai hegemoni regional Pada tahun 2014, Rusia secara sepihak mengambil alih Krimea dari Ukraina setelah terjadi revolusi politik di Ukraina yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych Aneksasi ini merupakan tindakan pertama sejak Perang Dunia II di mana sebuah negara Eropa mengambil alih wilayah negara lain neksasi Krimea oleh Rusia dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk memperkuat posisi Rusia di kawasan tersebut, terutama karena Krimea merupakan tempat bermarkasnya Armada Laut Hitam Rusia tindakan ini juga menimbulkan konflik dengan Uni Eropa dan negara-negara Barat lainnya, yang mengutuk aneksasi tersebut dan memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Konflik antara Rusia dan Uni Eropa yang berlanjut setelah aneksasi Krimea juga dapat dianggap sebagai contoh dari upaya Rusia untuk mencapai hegemoni regional Rusia mendukung separatis pro-Rusia di wilayah Donbas di Ukraina timur, yang menyebabkan konflik bersenjata yang berkepanjangan antara pasukan Ukraina dan pasukan separatis yang didukung oleh Rusia konflik ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa dan merusak hubungan antara Rusia dan Uni Eropa

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun