Berbicara mengenai Muslim Muda Milenial akan menggiring kita pada konotasi-konotasi positif, yakni Muda, Dakwah, inovatif, terkini, dan modern. Why? Karena Muslim Muda Milenial menunjukkan eksistensinya dengan segala euforia dakwah di jalur mereka masing-masing melalui penelusuran minat dan bakat.
Well, Mengapa objeknya adalah Muslim Muda? Karena jelas pergerakan sekarang ini sudah diambil alih oleh para Muslim Muda yang sadar amanah dakwah bukanlah hak para tetuah masjid atau para kiyai. Mereka (Muslim Muda), sadar dan atas izin Allah tergerak hatinya untuk mengemban tugas dakwah, menunjukkan eksistensi dengan kapabilitas masing-masing. Caranya mungkin berbeda, namun yang dituju adalah sama, yakni seruan dakwah.
Pergerakan demi pergerakan di lakukan para muslim muda milenial. Kita tidak hanya disuguhi pemandangan tabligh akbar yang tumpah ruah jamaahnya melebihi penonton konserKaty Perry, Kita juga tidak hanya disuguhi stand up comedy yang umum, tapi justru ada trend baru yakni stand up dakwah. Begitu pun berbicara bisnis, kita juga akan disuguhi obrolan panjang mengenai Muslimpreunership dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.Â
Fashion? Jangan ditanya! Bejibun! Hampir tiap hari lahir label-label baru yang mengusung tema muslim fashion. Lalu, soal literasi, sudah bukan rahasia umum kalau banyak bermunculan penulis-penulis buku Islam Populer. Â Komunitas? Sudah tidak bisa dihitung berapa banyak komunitas yang bermunculan karena terinpirasi oleh gerakan muslim muda dengan segala gebrakannya.
Kembai ke topik semula mengenai Muslim Muda milenial. Sosok Muslim Muda Milenial ini cenderung kepada suatu kelompok dengan rentan usia Muda atau memiliki semangat anak muda. Ya, jika Bung Karno berpesan, berikanlah aku sepuluh pemuda, maka akan aku taklukan dunia, Maka dalam Al-Qur'an, urgensi pemuda ini juga tercermin dalam kisah Para Ashabul Kahfi. Karena ketaatan para pemuda, maka Allah menyelamatkan pemuda-pemuda tersebut dan kemudian Allah bangkitkan lagi. Mereka (atas izin Allah) tetap eksis meski pun waktu dan tempat sudah melampaui usia mereka.Â
Sejatinya, ada pembahasan khusus mengenai ashabul kahfi, hanya saja, saya hanya ingin mengulas kembali bahwa betapa Islam sangat mengetahui potensi dari pergerakan yang dilakukan pemuda. Sejarah telah mencatat  sosok-sosok Pemuda seperti Sultan Muhammad Al Fatih yang menaklukan konstantinovel di usianya yang sangat muda, juga bagaimana Shalahuddin Al Ayubi merebut tanah Palestina waktu itu, juga ketika semangat yang ditunjukkan pemuda bernama Salman Al Farisi dalam menuntut Ilmu. Tidak hanya itu, Sosok-sosok muda ini juga menularkan semangat ke generasi setelahnya.Â
Bayangkan, berapa banyak orang yang terinspirasi oleh kisah penaklukan konstantinopel? Kisah Penaklukan Palestina? juga banyak sekali kisah-kisah heroik yang subjeknya adalah kaum muslim muda. Selain di medan perang, dalam urusan kepatuhan kepada Orang Tua, sosok Uwais Al Qarni begitu menyentuh hati setiap gnerasi yang membaca kisahnya.Â
Kini, muslim muda di Indonesia sepertinya memasuki 'the golden age'. Dimana di era sekarang, satu per satu bermunculan sosok pemuda yang populer karena ketaatannya, kesholehannya, kesantunan akhlaknya, kecintaannya pada Al-qur'an. Sebut saja Imam-Imam muda dan qori muda selayaknya Muzammil Hasbala, Taqi Malik, Ibrahim El-Haq, dan masih banyak lagi para muslim muda yang menjadi role mode bagi generasi jaman now!
Yang Membahagiakan, kehadiran sosok-sosok Muslim muda tersebut merupakan bagian dari misi Dakwah! Bahwa dakwah itu asyik. Dakwah itu tidak 'melulu' harus di depan mimbar. Banyak komunitas yang akhirnya memiliki fiosofi dakwah di setiap pergerakannya. Dakwah inilah yang menyatukan komunitas tersebut, dakwah ini pula yang digaungkan untuk dilanjutkan perjuangannya. Muslim Muda Milenial sangat paham hal ini, maka segala daya upaya dikerahkan.Â
Yang bisa blog, maka menulis. Yang bisa desain, maka membuat poster desain, yang jago bahasa inggris, maka dia akan menjadi translator untuk penceramah-penceramah internasional, yang suka musik, maka mereka berdakwah melalui musik dengan syair-syair yang mengingatkan kepada Allah Subhanhuwata'ala, yang menyukai kegiatan tarbiyyah, maka mereka memperdalam ilmu mereka dengan harapan, ilmu tersebut dapat dishare untuk menjadi bagian dari kegiatan dakwah.Â
Selain Muda dan Dakwah, Muslim Muda Mileniah juga identik dengan label inovatif. Mereka tetap berdakwah dan menjadi penggerak dakwah. Seiring  dengan perkembangan teknologi dan mudahnya akses informasi, maka inovasi pun tercipta. Dengan inovasi tersebut, memudahkan jalan dakwah yang dipilih oleh generasi milenial ini. Sudah tidak terhitung berapa banyak aplikasi yang dibuat untuk menjadi media belajar Islam. Inovasi juga muncul dari sisi tempat.Â
Jika dulu ceramah hanya di masjid, maka sekarang kita bisa melihat halaqoh-halaqoh di taman, di cafe, di gunung, di bawah pohon rindang, di sasana budaya, di car free day, bahkan di kolong jembatan. Mereka, para generasi muslim muda milenial menilai, inovasi dalam penyampaian dakwah sangat perlu.Â
Di kolong jembatan, banyak anak-anak jalanan yang harus diperhatikan cara membaca alqur'an. Ketika di gunung, mereka sadar bahwa dengan melihat indahnya ciptaan Allah, di situlah mereka bisa langsung mentadaburi ayat-ayat cintaNya melalui tafakur alam, juga melalui cafe, mereka bisa mengajak para kaum urban untuk familiar dengan kajian-kajian di tempat selain masjid, asalkan nama Allah selalu disebut dalam tiap halaqoh yang diadakan.
Terkini. Satu hal yang patut diacungi jempol dari pergerakan muslim muda milenial, bahwa mereka sangat peka dengan isu-isu terkini. Sebut saja ada info tentang Palestina, maka berbondong-bondong mereka mengadakan aksi solidaritas Palestina. Dengan kompak, para muslim muda milenial melakukan aksi yang berisikan tindakan dan pernyataan membela muslim Palestina. Begitu pun, jika ada gempa atau bencana di dalam negeri, maka antar komunitas saling terikat untuk menjadi tangan pertama yang membantu. Â
Seperti saat terjadi gempa di Mentawai, Sumatera Barat. Kita bisa temui aksi solidaritas Rohingya begitu berita tentang kondisi muslim rohingya, kita juga bisa menemukan aksi solidaritas cadar saat video peduli muslimah bercadar viral di internet. Â Melalui media sosial, pergerakan yang dilakukan oleh muslim muda milenial semakin hari semakin menunjukkan bahwa mereka jelas sangat peka dengan isu-isu terkini di masyarakat baik skala nasional maupun internasional.
Modern. Modernitas menjadi satu hal yang tidak bisa dikesampingkan dari lingkungan muslim muda milenial. Mereka yang menjadi muslim muda milenial, dengan segala minat dan bakat dalam berdakwah, nyatanya adalah para orang-orang dengan pemikiran modern. Untungnya, atas izin Allah, modernitas tersebut dimanfaatkan dengan tujuan dakwah.Â
Pengalaman interaksi dengan negara lain pun menjadikan muslim muda di negeri ini sebagai bagian dari modern life style. Jika secara kasat mata, kita bisa menyaksikan tampilan modern di beberapa masjid dengan sentuhan modern minimalis. Modern ini juga bisa diartikan bahwa kaum muslim muda milenial memiliki modal bahasa Inggris dan bahasa asing yang mumpuni sehingga pergaulan mereka menjadi bagian dari pergaulan global semakin terbuka. Di tambah lagi, kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri semakin menguatkan argumentasi tentang kemodernan dalam edukasi.Â
Mungkin, tulisan ini hanyalah menjadi satu dari sekian banyak tulsan atau penelitian terkait muslim milenial. Meski begitu, saya merasa tidak ada salahnya menuliskan perspektif saya pribadi mengenai muslim muda milenial yang akan melanjutkan estapet dakwah Islam  di Indonesia. Jika hari ini, kita hanya bisa menjadi penonton dari pergerakan dakwah, maka bisa jadi suatu hari kita menjadi pemain bagi pergerakan dakwah, bisa melalui tulisan atau juga melalui jalur lain. Sehingga dakwah ini akan semakin mudah dan menyenangkan bagi generasi-generasi ke depannya.Â
Setiap kita punya amanah dakwah..
Rugi rasanya tidak menjalankan amanah yang mulia itu..
Maka, saya, dengan segala kelebihan dan kekuranga dari saya..
menjadikan menulis sebagai media dakwah..
karena dengan menulis saya harus membaca..
dan dengan membaca, pintu-pintu ilmu itu semakin terbuka..
dan akhirnya, kita ingin menularkan ilmu-ilmu tadi lewat tulisan.
Dan lewat tulisan pula, saya menjadi percaya diri.
Karena tulisanmu akan dibaca oleh semua orang dibelahan bumi manapun. Bisa jadi,
seorang teman lama akan merindukanmu, maka dia bisa bersilaturahmi dengan membaca tulisanmu.
Jika suatu hari, kita telah tiada..
setidaknya kita telah mewariskan kepada peradaban
bahwa kita pernah menulis dan menungkan ide-ide kita..dalam sebaris dua barus tulisan.
Menulislah..maka namamu akan kekal.
Menulislah karena Allah :)
Jakarta,
23 Mei 2018
Pukul 23.56
Alhamdulillah..done :)