1. Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang digunakan untuk operasional jangka pendek perusahaan. Contohnya adalah kas, piutang dagang, dan persediaan barang dagangan. Karena sifatnya yang mudah berubah, aktiva ini memiliki risiko yang cukup tinggi.
• Risiko inflasi: Nilai kas dapat turun akibat inflasi, yang membuat daya beli perusahaan menurun.
• Turunnya harga barang persediaan: Jika harga jual barang di pasaran menurun, nilai persediaan juga ikut terpengaruh.
• Piutang tak tertagih: Ketika pelanggan tidak membayar tepat waktu atau gagal membayar, piutang bisa macet dan menjadi beban bagi perusahaan.
2. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang seperti saham dan obligasi merupakan bentuk investasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan di masa depan. Namun, investasi ini juga penuh dengan ketidakpastian.
• Fluktuasi harga pasar: Harga saham atau obligasi dapat turun sewaktu-waktu akibat perubahan pasar, yang menyebabkan nilai investasi juga menurun.
• Kesulitan keuangan perusahaan yang diinvestasi: Jika perusahaan tempat investasi mengalami masalah keuangan, nilai investasi bisa turun drastis, bahkan hilang.
3. Aktiva Tetap
Aktiva tetap seperti tanah, bangunan, dan mesin produksi adalah aset yang digunakan dalam jangka panjang untuk mendukung operasi perusahaan. Meskipun lebih stabil daripada aktiva lancar, aktiva tetap juga memiliki risiko tersendiri.
• Keusangan teknologi: Peralatan atau mesin bisa menjadi usang lebih cepat dari perkiraan, sehingga nilai penggunaannya menurun.
• Kerusakan akibat bencana: Tanah atau bangunan dapat rusak akibat bencana alam, menyebabkan nilai aset tersebut jatuh di bawah nilai bukunya.
4. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud mencakup hal-hal seperti merek dagang, hak cipta, atau paten. Meski tidak berwujud secara fisik, aset ini dapat memberikan nilai besar bagi perusahaan. Namun, tantangan yang dihadapi tidak sedikit.