Inilah sikap anak bangsa yang ditinggal oleh ayah yang mungkin penipu, atau ibu yang suka ditipu. Atau setidaknya berteman dengan para penipu yang akhirnya si-anak-pun belajar menjadi penipu untuk bisa sekedar menipu, kan emang dunia sudah dipenuhi para penipu kata si-anak!. kan emang dunia tempatnya bermain-main ujar si-anak!. Inilah akibat salah milih orang tua, ehh! emang sianak bisa milih?, salah pilih kawan dan salah dalam menentukan yang akan dilawan yang akhirnya dijadikan pelajaran dan pengalaman bagi si-anak. Pepatah mengatakan: “Buah jatuh tak jauh dari pohonya”. Jangankan jauh,hilangpun bisa,bila dimakan kalong. Tulisan ini terinspirasi dari melihat-lihat Kompasioner pada sepi membicarakan Sang Presiden dan Wakilnya, tak semeriah seperti waktu memilihnya, tak seteguh waktu mempromosikannya. Apakah sudah malu atau masih menunggu, atau juga masih mengharapkan hujan turun dari langit air ditempayan ditumpahkan. Menanti-nanti yang tak kunjung tiba, wong yang dinanti makhluk halus(hantu). Sepala datang elu-elu pade lari ketakutan, ehh lari berdekatan. Jangan pernah mempersoalkan jika tak siap dengan jawabannya. Jangan pernah mengharap jika tak siap untuk kecewa. Jangan pernah kecewa jika tak mampu menghibur diri. Jangan pernah marah bila tak bisa tertawa. Jangan-jangan dan Jangan. Sekedar ingatan untuk dijadikan pelajaran. Tak ada yang bisa disalahkan ketika kita manusia memiliki otak untuk berpikir dan menalar, bahkan memiliki hati untuk merasakan. Namun itu semua tergantung ilmu pengetahuan dan ilmupun takkan berguna dengan baik ketika kedengkian yang mengarahkannya.