Penggunaan Mimbar Sebagai Alat Media Latihan Berdakwah Dalam Pendidikan Islam Berdasarkan Hadist Nabi Muhammad SAW
1. Makna Alat atau Media dan mimbar dalam Pendidikan Islam
Menurut Arsyad (2002), kata "media" merupakan bentuk jamak dari "medius," yang secara bahasa berarti perantara atau pengantar. Media digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima. Santoso S. Hamijoyo, yang dikutip oleh Sadiman (1990), menjelaskan bahwa media adalah segala model perantara yang digunakan oleh orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide atau gagasan tersebut dapat mencapai penerima. Selain itu, Hamalik (1994) mengungkapkan bahwa media pengajaran pada dasarnya hanya berfungsi sebagai alat untuk memvisualisasikan konsep tertentu.
Berdasarkan beberapa literatur, antara pengertian alat dan media pendidikan tidak ada perbedaan apapun. Sedangkan menurut Zakiah Darajat alat pendidikan dan media pendidikan memiliki pengertian yang sama, yaitu sebagai sarana pendidikan. Oleh sebab itu, media memiliki arti sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media sendiri dapat berupa bahan atau alat yang berbentuk perangkat lunak atau perangkat keras. Gerlach & Ely juga mendefinisikan bahwa media dapat berupa materi, manusia, atau kejadian yang dapat membantu siswa mendapatkan sebuah keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Pengajar, peserta didik, buku teks, lingkungan sekolah, dan lingkungan di masyarakat merupakan contoh media dalam pengertian ini. Gagne juga memberikan pendapat bahwa media adalah beragam komponen yang ada di lingkungan siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar.
Association of Education and Communication Technology (AECT) menjelaskan media sebagai Model dan saluran yang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Media juga mempunyai peran sebagai medium atau mediator yang dapat memfasilitasi hubungan yang efektif antara siswa dan isi pelajaran dalam proses belajar. Dalam hal ini, segala hal dalam sistem pembelajaran, yang dimulai dari seorang guru hingga sarana dan prasarana yang canggih, dapat disebut sebagai media.
Dalam dunia pendidikan, istilah alat sarana prasarana atau media komunikasi sering digunakan sebagai pengganti istilah media pendidikan. Penggunaan sarana prasarana seperti media komunikasi dapat meningkatkan hubungan komunikasi antara guru dan murid secara efektif. Contoh media pembelajaran mencakup buku, modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer.
Menurut National Education Association (NEA), media adalah jenis-jenis komunikasi yang mencakup media cetak maupun video gambar/ suara serta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut, media pembelajaran mencakup software dan hardware yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dari sumber belajar ke murid atau kelompok murid. Media tersebut merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
Dalam konteks pendidikan, guru menggunakan salah satu media yaitu mimbar. Mimbar merupakan tempat atau panggung di mana seorang pengajar atau pembicara menyampaikan pidato atau pengetahuan kepada siswa atau audiens. Mimbar umumnya digunakan saat tokoh Islam memberikan ceramah atau mengungkapkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di hadapan para audiens.
Mimbar memiliki kelebihan sebagai tempat komunikasi antara pembicara dan audiens. Namun, kelemahan mimbar adalah jangkauan dakwahnya yang terbatas.
2. Penggunaan Alat atau Media Mimbar di Pendidikan Islam
Dalam implementasi atau penggunaan mimbar itu sendiri digunakan setiap para siswa yang dapat giliran tugas sebagai mana kelas mereka masing-masing, seperti dalam rinciannya yaitu jika siswa tersebut baru kelas satu, maka mereka akan mendapatkan giliran tugas untuk pembagian acara atau yang biasa dikenal sebagai MC, dan untuk kelas dua disini mendapat tugas yakni menjadi Qori, dan dilanjutkan lagi pembagian untuk kelas tiga yakni bertugas menjadi pemimpin Tahlil dalam praktek pembelajaran tersebut, dan untuk kelas empat ditugaskan sebagai wakil dari panitia yang menyelenggarakan sebuah acara. Adapun yang paling terakhir yaitu kelas lima dan seterusnya yaitu sampai para ustadz / ustadzah disini menjadi Da’i atau istilahnya menjadi seorang Kyai atau Bu Nyai yang mengisi pengajian atau acara tersebut.
Berdasarkan ini penulis mendapatkan keunggulan dan manfaat yang besar atas penggunaan media atau alat pendidikan dengan menggunakan wawancara mimbar disini, yakni antara lain para santri bisa terbiasa akan berbicara didepan orang banyak sehingga ketika terjun dimasyarakat tidak grogi dan tidak mengalami salah kata dalam berbicara ketika disuruh maju untuk menjadi petugas apa saja kelak nantinya yang akan dibutuhkan oleh masyarakat disekitarnya, dan juga melatih akan mental para siswa agar senantinya tidak minder untuk berdakwah untuk menyebarkan agama Allah SWT.
3. Penggunaan Mimbar Sebagai Alat atau Media Berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW
حديث سهل بن سعدفِي أَمْرِ الْمِنْبَرِ تَقَدَّمَ وَذِكْرُ صَلَاتِهِ عَلَيْهِ وَرَجوعه القَهْقَرى وزادى في هذه الرِّوايةِ: فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَلَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُوْا وَلِتَعَلَّمُوْا صَلَاتَي).
Sahal bin Sa'd meriwayatkan sebuah hadis mengenai mimbar. Dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. melaksanakan shalat di atas mimbar, kemudian dia mundur ke belakang. Dalam hadis ini juga ditambahkan, "Setelah menyelesaikan shalat, Nabi Muhammad Saw. menghadapkan wajahnya kepada orang-orang (yang berjamaah) dan berkata, saya melakukan ini agar kalian mengikuti dan mempelajari bagaimana saya melaksanakan shalat."
عَنْ جَابِرْبن عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ جِذْعٌ يَقُوْمُ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّاوُضِعَ لَهُ الْمِنْبَرُ، سَمِعْنَا لِلْجِذْعِ مِثْلَ أَصْوَاتِ الْعِشَارِ، حَتَّى نَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ.
Dalam riwayat dari Jabir bin 'Abdullah r.a., disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw. sering berdiri di atas pohon kurma saat menyampaikan khutbah. Namun, ketika akhirnya sebuah mimbar (tempat berkhutbah) difasilitaskan untuk Nabi saw., kami mendengar pohon kurma itu "menangis" seolah-olah seperti unta betina yang sedang hamil. Mendengar tangisan pohon kurma tersebut, Nabi saw. turun dari mimbarnya dan dengan penuh kasih sayang, mengelus pohon kurma tersebut.