Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Kisah Seorang Ibu

10 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:31 30 0
Dia mendekati saya dan memulai cerita pendek. Tatapan sedih disertai air mata mulai mengalir setelah beberapa saat. Ruangan panjang yang hanya 1 pintu itu ternyata bak seperti sel tahanan bagi H, saya sebut saja dia begitu.

Saya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Setelah beberapa hari saya kira dia akan berangsur pulih tapi malah sebaliknya. Satu kalimatnya terekam jelas di pikiranku, "Anakku butuh ASI, dia masih kecil. Takutnya tak ada yang menjaganya karena hanya aku yang peduli padanya."

Meskipun kami sama-sama perempuan, tetapi kami sangat berbeda. Dia telah merasakan sakit dan senangnya kala melahirkan. Bahkan jika aku mencoba memahaminya, aku tidak akan bisa menyelami apa yang ada di hatinya saat itu.

Akhirnya pertanyaanku pun terjawab, obat bagi H yang paling mujarab ternyata adalah bayi kecil itu. Ia mengelus kepala mungil sang putra sambil mencium keningnya berkali-kali. Kemudian saya mendengarkan percakapan antara ayahnya dengan dokter, dia menderita kehilangan ingatan karena peristiwa besar setelah melahirkan.

Melihat kenyataan tersebut, H akhirnya diperbolehkan pulang dengan membawa beberapa catatan penting...

Mental selalu diuji setiap detiknya, kekuatannya ditempa tanpa henti hingga masa anak cucu Adam berakhir. Tak ada jeda meski saat tidur, ketika bersenang senang pun selalu ada cobaan... Namun ini adalah bagian dari nikmatnya hidup.

Dapatkah kita mengetahui rasa manis tanpa rasa pahit? Jika tidak ada panas apakah ada dingin? H bisa melupakan segalanya, marah pada dunia bahkan pada dirinya sendiri, tapi bagi si kecil kami tahu itu tidak akan mungkin terjadi.Dia mendekati saya dan memulai cerita pendek. Tatapan sedih disertai air mata mulai mengalir setelah beberapa saat. Ruangan panjang yang hanya 1 pintu itu ternyata bak seperti sel tahanan bagi H, saya sebut saja dia begitu. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun