Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Part 8, Kisah Cinta Burak dan Mia

8 Oktober 2024   22:34 Diperbarui: 8 Oktober 2024   22:58 34 0
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Qur'an surat An- Nur 24: ayat 26:



al-khobiisaatu lil-khobiisiina wal-khobiisuuna lil-khobiisaat, wath-thoyyibaatu lith-thoyyibiina wath-thoyyibuuna lith-thoyyibaat, ulaaa-ika mubarro-uuna mimmaa yaquuluun

"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).


"Sia-sia saja semuanya! Harusnya kita pikir dua kali sebelum menyiapkan semua ini! Bisa usahaku kau tergantikan, hah?!"

"Mas, aku juga pusing tapi ini musibah. Kalau tahu nasib kita bakal sial begini takkan ku libatkan keluargaku."

"Akhirnya kau tahu mamaku benar, kan?!"

"Iya, Mas. Aku ngaku salah tapi jangan salahkan aku mutlak begini dong, aku kan juga nggak keluar dana sedikit? Kita pasti punya jalan keluarnya. Aku coba telepon kak Sami nanti."

"Sekarang!"

"Iya sabar! Aku bukan sekretarismu lagi!"

Syafira bergegas menuju kamarnya di sebelah, matanya memicing tajam  memikirkan sebuah siasat jitu.

Kota Solo, Bengkel Bang Hanif:

Trreeet-treeeet.

Sami mengelap oli di tangannya menggunakan serbet lalu menjamah ponsel dari saku baju dinasnya, "Ya, kenapa, Syaf?"

"Ayah sakit. Dia minta Abang pulang segera."

"Kamu nggak becanda kan? Kapan? Kenapa ibu nggak nelepon?"

"Abang kan tahu gimana mereka? Apalagi si Mia itu sudah jadi prioritas. Sekedar ngabarin keadaan pasti nggak kepikiran, lebih-lebih Abang jauh gini, mana pulang cuma sekali itupun 5 tahun yang lalu."

Perasaan kecewa Sami seketika mencuat. Keangkuhan di dadanya membuncah, "Jangan komporin Abang Syafira, kau tak tahu keadaanku disini bagaimana."

"Paham, kita kan senasib?"

"Terus?"

Syafira tahu arah pertanyaan itu.

"Kita cuma berdua, Bang. Anak mereka tak ada selain kita. Meski perlakuan mereka buruk tapi orang tua tetaplah orang tua. Nanti kalau ada apa-apa kita juga yang jadi tertuduh, nggak tahu balas budi lah, nggak perhatian lah, durhaka lah, da..."

"Ya-ya-ya, pusing aku dengar orcehanmu! Soal si Mia itu kok bisa dia tinggal di rumah Ayah?"

"Abang akan tau kalo udah disini. Tau dari mulutku pasti disangka aku ini berbohong."

Setelah sambung telepon itu terputus Syafira merentangkan kedua tangannya lalu berputar, "Sang Nyonya Daulay! Syafira Daulay calon istri Fatur Daulay!"

Untuk kesekian kalinya Mumun lah yang mendapati semua itu. Ia berjalan mengendap-endap menuju pintu lalu mengintai melalui sedikit celah. "Astagfirulloh, wanita ini dapatnya dari mana sih? Benar ungkapan pak ustad, baik sama baik dan jahat sama jahat. Amit-amit Ya Rabb...."

Sementara itu Monica sang nyonya besar sudah selesai berdandan. Suaminya pun usai mengenakan dasi dan setelan jas hitamnya,

"Ma, aku tak sarapan dirumah ya. Nanti biar beli saja di jalan."

"Terserah Papa tapi ingat persiapan pernikahan Fatur. Jangan lupa transver 10 juta nya ya?"

"Hah... Dikit-dikit main puluhan juta Mama ini," desah Bambang pasrah.

"Demi buah cinta kita yang hanya tinggal dua, Pa. Kalo mereka bahagia kita kan juga pasti bahagia?"

"Paham," celetuk pria paruh baya itu pura-pura tersenyum.

Sungguh senjata yang sangat ampuh tiap kali Monica menginginkan sesuatu tanpa peduli tekanan batin sang suami. Secerca kesalahan dimasa lalu Bambang yang menghilangkan buah hati mereka.

Meja makan, 9.00 wita:

Hidangan mulai ditata rapi oleh beberapa asistan rumah tangga. Satu persatu di letakkan perlahan sesuai dengan perintah kepala pelayan.

Syafira dan Fatur keluar dari kamar masing-masing setelah Monica menduduki kursinya.

"Lho, Om Bambang mana, Ma?" tanya Syafira karena calon ayah mertuanya tak nampak.

"Sudah pergi barusan, semalam sih katanya mau ninjau proyek BTN sebelum ke kantor."

"Oh," angguk Syafira.

Mumun menatapnya sekejap setelah menyajikan susu bagi Monika di seberang.

"Sini, Mas," pinta Syafira mengambil alih pisau roti dari tangan Fatir.

"Ular berkepala dua, baik cuma didepan tuan dan nyonya tapi dibelakang mematuk membabibuta," batin Mumun.

Bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun