Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Rendah Diri Virus yang Berbahaya

30 Desember 2009   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42 1142 0
[caption id="attachment_45616" align="aligncenter" width="148" caption="Rendah diri"][/caption] Pernahkah anda merasa rendah diri? merasa diri tidak berarti Atau anda merasa diri anda tak berarti? Atau anda merasa tidak percaya diri?

Apa yang anda rasakan adalah cerminan kehidupan pada masa kecil anda. Termasuk saya sendiri pernah mengalami rasa itu, walaupun semakin dewasa kita semakin mampu mengelola rasa yang tidak nyaman yang ada dalam fikiran kita.

Ada sebuah kisah dari sebuah buku yang berjudul “Harga Diri dan Perilaku anak, SekolahOrangtua.com” yang ditulis oleh Ariesandi S.,CHt. tentangseorang anak yang memiliki ayah seorang pengusaha dan ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sesekali saja membantu suaminya. Sang ayah adalah laki-laki yang berkepribadian Phlegmatis Melankolis sedangkan sang ibu Koleris Melankolis (ternyata tipe kepribadian seseorang ini bisa memengaruhi pola asuh dan pola komunikasi antara orangtua – anak).

Sementara si anak sendiri, adalah seorang anak phlegmatis yang cinta damai, suka hal monoton, cenderung santai,sulit mengambil keputusan dan tidak menyukai konflik. Ini tentu menjadi sasaran empuk bagi sang ibu yang memiliki karakter to the point, suka memerintah dan ingin semuanya sempurna.

Dikarenakan perilaku yang ia terima sehari-hari dari orangtuanya maka si anak

mengembangkan suatu bentuk harga diri rendah. Berikut ini beberapa hal yang sering ia alami dalam kehidupan sehari-hari yang ia terima dari ayah ibunya:

-Sering dikritik secara berlebihan. “Kamu ini selalu saja tidak beres. Ayo bereskan dulu tempat tidurmu baru bereskan bukumu”. Dan si anak menjawab “bagaimana sih katanya tadi diminta bereskan semuanya, sekarang saya bereskan buku dulu salah lagi”

-Kurang dipercaya.Ibunya sering menanyakan pada temannya apa yang menjadi tugas sekolah dan ia sering mengeluh “Ibu ini kok tidak percaya sih pada ceritaku?”

-Selalu dibuatkan keputusan. “Pokoknya kamu harus lakukan perintah ibu dulu, jangan banyak tanya. Nanti kamu akan mengerti. Ibu dan Ayah tak mungkin menjerumuskan kamu!”

Nah itulah hal yang sering dialami sang anak sehari-hari. Dan karena itu terjadi sangat sering maka pikiran bawah sadarnya menarik satu kesimpulan yang tak pernah disadari oleh si anak maupun oleh kedua orangtuanya. Salah satu kesimpulan yang ditarik oleh pikiran bawah sadar si anak adalah: “Saya anak yang tidak becus dan kurang dipercaya”

Satu kesimpulan harga diri rendah ini cukup membuat siapapun di dunia ini merasa kecewa pada dirinya sendiri. Akibatnya : motivasi diri sulit muncul.Bisakah kita bayangkan prestasi seperti apakah yang akan dicapai oleh seseorang dengan motivasi diri rendah? TIDAK ADA PRESTASI!

Sekeras apapun kita memotivasi seseorang namun jika ia memiliki motivasi diri yang rendah maka upaya yang kita lakukan hanyalah sebuah impian yang tak kunjung menjadi kenyataan. Itulah yang terjadi pada kebanyakan anak yang mengalami prilaku seperti disebut di atas.

Dalam kesehariannya sang anak berusaha memenuhi kebutuhan emosionalnya akan penghargaan dan pengakuan yang jarang ia dapatkan dari kedua orangtuanya melalui cara-cara berikut :

-memukul temannya,

-mengganggu temannya yang lagi belajar,

-melakukan sesuatu negatif yang bisa menarik perhatian dan lain sebagainya.

Lebih celaka lagi tak ada yang bisa memahaminya. Semua perilaku negatif tersebut langsung ditanggapi dengan hukuman yang disertai labeling. Inilah label yang ia terima :

-anak nakal,

-anak usil,

-anak yang kurang perhatian,

-anak yang susah diatur,

-anak yang tidak niat sekolah

-dan anak bandel.

Semua yang ia terima membuat harga dirinya makin hancur dan si anak menjadi merasa makin tidak berdaya menghadapi semuanya. Dalam hati kecilnya ia ingin menjadi lebih baik, namun program bawah sadarnya yang terlanjur terkena “virus labeling” memainkan peran sangat besar dan sangat kuat. Dan tidak ada orang sekitarnya yang bisa memahami hal ini!

Dari kasus sang anak di atas kita bisa memetik pelajaran betapa harga diri seorang anak bisa sangat memengaruhi perilakunya. Dan jika dibiarkan tak tertangani maka semua itu bisa menjadi makin besar seperti sebuah bola salju yang menggelinding makin besar.

Satu hal penting dari kasus di atas : janganlah menanggapi perilaku seorang anak secara langsung tapi tanggapilah apa yang ada di balik perilaku tersebut. Ya … apa yang ada di balik sebuah perilaku sang anak adalah “dalang” dari semuanya. Jika “dalangnya” ditangkap maka semua menjadi berubah.

Ternyata menjadi orangtua bukanlah pekerjaan mudah. Butuh pengetahuan dan keterampilan mendidik dengan cara yang efektif. Bukan hanya anak yang perlu belajar di sekolah, sebaiknya para orangtua juga belajar kembali ke sekolah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun