Perkenalkan, saya seorang ibu sekaligus mahasiswa. Tahun ini adalah tahun yang membanggakan sekaligus meresahkan. Bangga, karena saya nyaris mencapai titik akhir dari masa perkuliahan. Namun juga resah karena saya harus meninggalkan anak pertama saya di kampung halaman, padahal usianya baru 2 bulan. Tak lain karena saya harus mengerjakan tugas akhir yang menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran.
Awalnya terbersit niat untuk mempekerjakan seorang pengasuh bayi, namun terbatasnya biaya dan minimnya kepercayaan masih jadi soal. Disisi lain, ibu saya sedang merawat ayah yang sakit, sehingga tak tega jika harus merawat bayi sekecil ini. Sementara suami sedang bekerja di luar pulau.
Pada akhirnya ada yang harus dikorbankan. Selama 2 semester saya cuti dan 1 semester sisanya saya jalani perkuliahan dengan pasif. Hingga pada titik dimana  kami memutuskan untuk menitipkan bayi di kampung bersama neneknya dan saudara. Berharap ini menjadi keputusan terbaik bagi semuanya.
Hubungan jarak jauh dengan bayi menimbulkan tantangan baru. Salah satunya adalah bayi mengalami bingung puting sehingga menggigit saat menyusu, dan mudah menolak untuk menyusu. Ini terjadi karena ia terbiasa minum memakai sedotan paska saya tinggal ke luar kota untuk bersekolah.Â