Teringat pada suatu senja, ketika aku akan memulai hidup tanpa ada seseorang yang dekat di sisiku. Hari itu, adalah hari terakhir aku bersama dengannya sebelum kami berpisah. Pesan dan nasehat pun mengalir dengan suaranya yang tetap lembut namun sungguh bijak. Sampai akhirnya detik itu datang juga, saat ku rengkuh tangan lembutnya, kemudian mengecup tangan nya, dia membalasnya dengan mengusapkan tangannya dikepalaku, tanda bahwa rasa sayangnya melebihi kekhawatirannya meninggalkanku sendiri. Kalimat singkat penuh makna pun terucap darinya, "Aina bengke ta rasa dou anak ya... cahapu sambea ra ngaji". Sungguh dalam ku rasakan deburan cinta sekaligus harapannya yang kuat dan tulus bagi diriku. Membuat air mata ini ingin segera menumpahkan segala yang dipunya. Tapi itu tak kulakukan di depannya. Aku harus tunjukkan bahwa aku baik-baik saja. Cukup pada Allah sajalah dia menitipkan aku. Tak ingin mengganggu konsentrasinya karena aku.
Aku tau, saat ini engkau sedang menghadapi masalah, banyak orang2 yang tidak suka dengan cara yang engkau ambil. Karna engkau, dengan begitu lantang meneriakan kebenaran di negeri yang rakus akan kekuasaan dan kecongkakan. Engkau terus disingkirkan oleh pemimpin yang tak tau malu, yang hanya menguras uang rakyat dan masuk kekantong pribadi. Engkau luar biasa bapak. Engkau dengan begitu brani meneriakan kebenaran, meskipun engkau tau akan berakibat pada jabatanmu.
Akh… dunia memang edan, yang benar justru disalahkan…
Ya Allah.....
Melalui doa-doa Hamba,
Tolong sampaikan sejuta sayangku untuk nya
Kuatkan dia menghadapi tiap cobaan hidup
Bapak... bagaimanapun aku tetap bangga padamu….