Pada dasarnya kau tau ada awan mendung yang menggelantung di kelopak mata yang siap melepaskan hujannya.
Denganmu, tak sedikit kunyalakan api semangat seolah dunia hanya punya matahari padahal kau tau rapuhnya hati yang kapan saja bisa remuk tak berkeping.
Denganmu, kutarik dua ujung bibir ke arah berlawanan sehingga sumringah jua, namun aku malu karena kau tau ada usaha sekuat diri menjadikan itu nyata, tersebab itu ingin yang hanya jadi angan.
Denganmu, aku adalah wanita tangguh yang ogah untuk mengeluh dan mengaduh, kau tersenyum, ku lihat ada rona mengiyakan di matamu, menghibur ku tepatnya.
Ku tapaki Januari dengan banyak kepura-puraan, kuteriakkan pada langit tak ada yang setangguhku menerima hujannya, kubisikkan pada bumi jangan tertawa, ia tak sadar bahwa menertawakan dirinya sendiri.
Menjelmalah Februari
Jangan jadikan puisiku bernada elegi seperti Januari