Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Standar Ganda Jiwa dalam Keadilan

15 April 2012   05:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:35 263 0

“Seseorang akan terlihat sangat bodoh ketika diminta menunjukkan kekurangan dirinya, dan dia terlihat sangat pintar ketika menunjukkan kekurangan orang lain”ini sebait kalimat yang saya baca di status profil sebuah jejaring pertemanan. Ya memang apa yang tertulis, benar adanya! Kita akan selalu jeli melihat kuman diseberang lautan, tetapi gajah dipelupuk mata sendiri, tidak akan disadari keberadaannya.

Kita kesulitan atau bahkan tidak bisa melihat kondisi punggung sendiri untuk memberi komentar. Berbeda dengan punggung orang, yang bisa kita lihat dan memberi penilaian sesuka hati.

Dalam melihat kesalahan orang, seringkali kita menjadi hakim yang kejam, dengan bengis kita akan menuntut perbaikan dari orang tersebut. Sedangkan untuk kesalahan diri sendiri, kita banyak minta toleransi. Jiwa kita memberlakukan peraturan berstandar ganda. Untuk orang lain ‘Don’t’ sementara untuk kita ‘Do’.Jiwa kita banyak menuntut hak, sementara pada orang lain, kita menuntut kewajiban orang.Jika kita buat bagan pembagian antara hak dan kewajiban, maka untuk diri kita sendiri, hanya hak yang kita besarkan porsinya, sementara kewajiban sebanyak mungkin kita tepiskan, bahkan kita hilangkan keberadaannya.

Banyak kesulitan timbul karena kita menempatkan jiwa kita pada ‘area budak’, seorang budak akan bertindak untuk menyenangkan tuannya saja, bukan berbuat berdasarkan keinginan berprestasi. Pola pikir demikian banyak terjadi pada lingkungan organisasi, mereka bekerja berdasarkan ketika atasan melihat, begitu atasan berlalu mereka akan kembali pada polanya, bekerja hanya sebagai pengisi hidup, bukan sebuah prestasi.

Di dunia ini punya hukum yang jelas dan seimbang, “siapa menabur dia akan menuai”,jika kita hanya menabur kebencian, maka kita akan menuai hal yang sama. Demikian juga sebaliknya.Berdasarkan hal ini,kita harus berani keluar dari lingkaran kebiasaan untuk memiliki standar keadilan untuk jiwa sendiri. Jika kita salah, akuilah dan berusaha untuk minta maaf. Demikian juga dengan kesalahan orang lain, kita bisa meluaskan area toleransi untuk membawa perubahan yang positif. Mencemooh hanya menciptakan kebencian, Tetapi kritik membangun yang disampaikan dengan kasih sayang mampu melumasi roda ketidak beradayaan.

Jika di alam pikir kita selalu hal negatif yang ada, memandang orang lain sebagai si malas, si jahat,si kikir yang selalu membuat susah hidup orang lain. Maka kita juga siap-siap akan mendapatkan segala hal demikian adanya. Sebab hukum energi akan menarik energi yang sama kembali pada kita sendiri. Dalam metode Autohypnosis penyembuhan di bidang psikiatri, segala niat batin terjadi dialam bawah sadar dulu, dan akan terealisasi kemudaian di alam kenyataan.Penting sekali mengisi alam niat kita dengan hal positif, agar terhindar dari hal-hal negatif yang kita polakan sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun