Hidup di jaman sekarang, dimana segala transaksi berdasarkan jumlah uang, sehingga standar kebahagiaan banyak dikaitkan dengan jumlah uang yang dimiliki. Begitu pentingkah uang dalam hidup anda?
Kiasan yang mengena mengatakan ‘uang bukanlah hal terpenting dalam hidup, tetapi segala yang penting dalam hidup, semua memerlukan uang’
Urusan uang dalam rumah tangga banyak membawa masalah tersendiri untuk anggota keluarga, boleh dikatakan, melihat kekompakan jiwa dalam suatu keluarga adalah bagaimana keluarga tersebut bersikap atas masalah keuangan yang muncul dalam rumah tangganya.
Jika sejak awal kita tidak memiliki komitmen untuk menjabarkan pengaturan yang jelas, bagian mana yang harus pihak istri urus, dan bagian mana yang pihak suami urus, suatu hari akan bermasalah hubungan hanya karena urusan uang.
Banyak orang berpikir idealnya, dalam rumah tangga, keuangan keluarga adalah bentuk keuangan bersama, dimana suami atau istri menyatukan penghasilannya dan boleh menggunakannya dengan leluasa. Tetapi sejalan dengan waktu banyak masalah dengan bentuk keuangan bersama ini, banyak pihak suami atau istri yang merasa pihak satu dengan lainnya tidak adil dalam mengizinkan mereka menggunakan keuangan milik bersama tersebut.
Sebagian besar perempuan, beranggapan jika keuangan suami mereka kuasai, maka suami tidak akan mempunyai kesempatan untuk berbuat macam-macam yang menyakiti perasaan keperempuannya, seperti mentraktir teman-teman perempuan sekantornya, bahkan berselingkuh. Tentu saja pemikiran seperti ini sangat naïf, sebab banyak lelaki yang merasa tertekan di rumah tangganya, mencoba keluar dari permasalahan ini dengan ekspresi yang ‘salah’, seperti berbohong tentang jumlah penghasilan yang sebenarnya, atau gaji yang diumumkan pada istrinya adalah sejumlah uang yang merupakan gaji pokok, sementara pendapatan sampingan yang dia peroleh dirahasiakan agar punya ‘power’ sebagai lelaki dimata pergaulannya.
Beberapa klien mengatakan, uang disaku seseorang merupakan ‘kekuatan’ tersembunyi, maka tingkah laku pasangan terutama pihak istri yang memegang kendali keuangan secara ketat, membuat pasangannya ‘melemah’ dalam harga diri.
Arogan >< Adil
Masalah keleluasaan pemakaian uang terlihat sepele, tetapi besar efeknya, jika jiwa pasangan terluka dengan hal-hal keseharian tentang keuangannya ini akan mengakibatkan hal-hal yang jauh dari pemikiran.
Sebagai contoh kasus, seorang klien datang menceritakan, bagaimana saat ini dia tidak ada keinginan untuk bertemu dengan istrinya, memilih hidup terpisah dengan bekerja diluar kota, ketika saat kumpul pun, dia kehilangan gairah untuk melakukan hubungan intim, yang mana hal yang lumrah seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri, terlebih untuk pasangan yang dijauhkan oleh jarak untuk waktu lama.
“Bila hubungan kejiwaan Anda dengan pasangan tidak harmonis, kondisi impotensi mungkin isyarat dini yang diberikan tubuh untuk mengatakan bahwa di antara Anda ada masalah pelik yang harus diselesaikan,” demikian Herb Goldberg, psikolog klinis mengatakannya dalam buku The Inner Male.
Butuh waktu lama untuk mengetahui akar dari permasalahan klien tersebut, yang pada akhirnya terungkap bahwa rasa ‘muak’untuk bertemu sang istri, disebabkan olehhal-hal yang berurusan dengan keuangan,dimulai dengan susahnya meminta persetujuan pengeluaran uang untuk keperluan pribadi, sampai pada rasa tidak adil dengan penggunakan uang milik bersama tersebut.