Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kebahagiaan ibuku, hanya ingin jadi tukang pecel.!

20 Desember 2011   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:01 191 0

Kebahagiaan ibuku itu terbilang sangat naif dan sederhana, jika orang lain ingin rumah bagus dan pelayanan yang baik pada masa tuanya, ibuku hanya minta ‘izinkanlah saya untuk tetap menjadi tukang pecel’ aneh ya, cita-cita koq hanya jadi tukang pecel.!  Tetapi itulah ibuku.Sejak usia saya masih balita, ibu mulai berjualan pecel (lotek: bahasa Jakarta/ Bandung) ternyata itulah garis hidupnya, itulah letak kebahagiaannya.

Jika melihat tubuh dan wajahnya, anda tidak akan percaya beliau sudah hampir 80 tahun, dengan tahun kelahiran 1934, jaman Indonesia belum mengidungkan lagu kemerdekaan, ibu saya sudah berjuang sebagai seorang manusia yang harus tumbuh sebagai anak bungsu yang dihidupkan seorang janda.

Bukan nyombongin ibu sendiri, beliau memang terkesan awet muda, rambutnya tidak pernah disemir tapi ya koq , rambutnya tetap hitam, bahkan ubannya hanya beberapa helai aja, ‘body’ nya juga masih aduhai, geraknya gesit banget, kalah deh nih anaknya. Kalau ditanya orang apa sih resep awet muda mama, beliau selalu menjawab dengan tertawa, “saya tidak punya resep apa-apa, mungkin karena saya tukang pecel, jadi ngulek pecel di cobek, itu goyang pinggul tiap hari yang bikin badan saya sehat”

Ya, kalau dipikir, adabenernya rahasia ‘awet muda’ si emak pecel ini, karena sampai hari ini, beliau tetap aktif sebagai penjual pecel ulek dipinggir jalan di kota Bogor, saya bangga pada ibu, beliau membesarkan saya dengan uang halal hasil keringatnya, dan saya tidak malu dan risih dengan cemoohan orang yang mencibir, mengatakan saya yang tidak ‘care’ dengan orang tua, karena membiarkan beliau tetap jualan pecel, saya tahu apa arti kebahagiaan ibu kandung saya dan itu yang utama, bukan apa kata orang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun