Kereta kita punya manusia, di dalamnya beraneka cerita. Ada yang susah ada yang senang. Ada yang kaya ada yang miskin'.
Bagi yang sering memesan tiket kereta api melalui call center PT KAI 121 tentunya sering mendengar cuplikan lirik lagu di atas. Lagu tersebut menurut info yang saya dapat, lagu itu di ciptakan oleh Yahya Umbara yang merupakan salah seorang komisaris dari PT KAI.
Akhir-akhir ini sejak lebaran tahun 2012 lalu, saya hampir selalu menggunakan jasa kereta api di akhir minggu atau istilah gaul-nya ‘PJKA’ (Pulang jumat kembali ahad) dengan relasi Jakarta-Jogja-Jakarta. Sebagai orang yang kurang begitu suka dengan keramaian dan kesumpekan Jakarta opsi pulang tiap weekend memang menjadi pilihan saya. Setiap orang yang bertemu saya di kereta begitu tahu kalau saya pulang tiap weekend hampir selalu menduga kalau anak-istri saya berada di Jogja dan saya bekerja di Jakarta, memang benar tapi Cuma 50% benarnya. Benar karena saya memang bekerja di Jakarta, tapi salah karena saya belum menikah apalagi punya anak.hehe Saya rutin pulang ke Jogja karena saya memang pengen dan merasa lebih enjoy weekend di Jogja plus bisa sering nengok orang tua saya.
Banyak yang bertanya : Apa gak capek bolak-balik ? biasanya saya jawab : La wong di kereta juga tidur ya menurut saya gak capek, biasa saja.
Ada juga yang bertanya : Apa gak boros bolak-balik tiap minggu gitu ? yaa, ada kemauan pasti ada jalan lah…hehe
Ok, cukup dengan cerita pribadi saya, kita kembali ke lagu tadi. Ceritanya semenjak menjadi anggota PJKA saya menjadi terbiasa dengan rutinitas pulang pergi stasiun, masuk kereta, ngobrol dengan penumpang sebelah, nyewa bantal, nggelar koran bekas buat tidur. Point yang akan saya bahas adalah ngobrol dengan penumpang sebelah, apa yang sering saya temui di sana? Sebelumnya saya informasikan bahwa kereta regular saya adalah kereta kelas bisnis Senja Utama Jogja, kadang Solo dan terkadang juga kereta ekonomi AC, jarang sekali saya memakai jasa kereta eksekutif.
Kereta kelas bisnis kalau dilihat dari segi peruntukannya adalah untuk golongan masyarakat kelas menengah, di kereta ini banyak saya temui sesame PJKA’ers dari berbagai macam profesi. Darimana saya tahu profesi mereka? Ya dari ngobrol-ngobrol dengan mereka tentunya. Biasanya begitu saya duduk di kursi sesuai tiket saya akan langsung bertanya: turun di mana? Asal darimana? kerja dimana?, intinya adalah memulai obrolan supaya tidak canggung, mengingat mereka lah yang akan berada disamping kita selama 8-9 jam perjalanan. Ada beberapa penumpang yang jaga image dan memilih tidak banyak bicara (kalau ketemu yang model begini mending cepat-cepat ditinggal tidur saja…hehe), tetapi Alhamdulillah masih lebih banyak yang bisa di ajak ngobrol.
Dari perjalanan saya selama beberapa bulan terakhir saya telah menemui beberapa orang dengan berbagai latar belakang profesi. Saya pernah bertemu dengan mbak mahasiswi yang kuliah di Jogja, Tentara, anggota Paspampres, secretariat DPR/MPR, Pegawai Depkeu, Ibu rumah tangga, pegawai surat kabar, pegawai pertambangan seperti saya sendiri, kelasi kapal, Pensiunan, kakak kelas SMA tapi beda angkatan jauh banget, Pegawai pabrik, Pegawai Negeri, Pegawai BUMN, dan lain-lain. Dari situ terbukalah banyak cerita mengenai banyak hal: Ada ibu rumah tangga yang bercerita mengenai masa lalu nya bekerja di Jakarta, tentang keluhannya dengan Jakarta dan tentang perjalanannya menemui suami nya yang bekerja di Jakarta (ibu itu tinggal di Jogja karena pilihan dia dan suaminya untuk menyekolahkan anaknya di Jogja). Lalu ada anggota tentara yang menceritakan tentang pekerjaannya dan juga iseng-iseng bercerita mengenai kegemarannya dengan dunia malam Jakarta. Bapak pegawai BUMN bidang pertanian yang banyak bercerita mengenai masalah politik terkini dan keprihatinannya terhadap kondisi Negara. Mas Pegawai Depkeu yang menceritakan bagaimana proses pencairan dana BUMN, dan bagaimana hubungan dinas-nya dengan beberapa kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini. Seorang kelasi kapal tanker bercerita mengenai bagaimana pekerjaan di kapal, dan bagaimana beberapa orang bisa begitu royal saat jauh dari rumah dan keluarganya. Bapak Pegawai Pertamina yang ternyata kakak kelas SMA dan Kuliah tapi terpisah jeda lebih dari 30 tahun bercerita mengenai kondisi SMA dan tempat kuliah saya pada masanya. Seorang pegawai pabrik Daihatsu bercerita bagaimana proses pembuatan mobil dan menginformasikan kalau ternyata mobil Toyota Avanza di produksi di pabrik Daihatsu. Seorang anggota Paspampres bercerita mengenai bagaimana bekerja mengawal orang nomor satu dan dua negeri ini, bercerita mengenai prosedur pengawalan, mengenai senjata yang digunakan dan tidak lupa cerita bagaimana dulu sewaktu sebelum jadi Paspampres bertugas di Aceh. Kemudian ada seorang bapak pegawai percetakan yang sudah menjadi anggota ‘PJKA’ sejak lama memberikan beberapa saran kepada saya tentang alat-alat yang harus dibawa supaya nyaman di kereta.hehe
Sepertinya masih banyak cerita yang saya dengar dan saya alami selama berada di kereta tetapi ingatan saya terbatas dan untuk sementara ini hanya beberapa cerita tersebut yang saya ingat. Bukan suatu cerita yang hebat karena saya dan mereka hanyalah segelintir rakyat biasa di negeri ini, tetapi dengan mendapatkan cerita tersebut cukup membukakan wawasan baru bagi saya pribadi karena cerita mereka kebanyakan adalah hal baru bagi saya. Tepat sekali bagaimana pak Yahya Umbara menciptakan lagu Kereta Api tersebut, ada banyak cerita di kereta dari manusia-manusia yang menjadi penghuninya meski cuma sementara. Di antara mereka ada yang sedang bergembira, juga mungkin ada yang sedang sedih. Ada yang kaya dan juga ada yang miskin.
Di kereta api, dalam perjalanan beratus bahkan beribu kilometer terdapat beragam cerita dari manusia-manusia yang berada di dalamnya, saling bercerita tentang kondisi terkini, tentang kisah hidup mereka, tentang impian mereka, tentang keluhan meraka, tentang kebahagiaan dan kesedihan, dan tentang semuanya.
Salam,
Jakarta 8 January 2013