Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Ternyata Jembatan itu diasuransikan: Sebuah Pembelajaran Nasional

3 Desember 2011   05:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53 305 0
Inilah kira-kira keterangan tentang Jembatan di Tenggarong, Kukar, yang baru-baru ini runtuh/ambruk:
 Nama : Jembatan Kukar , Jembatan Mahakam 2, Jembatan Tenggarong dll.
 Lokasi : Kota Tenggarong.
 Panjang : 710 meter.
 Kondisi sebelumnya : Baik.
 Status : Milik Negara, Diasuransikan.
 Nilai Asuransi : Rp 141.000.000.000,- (seratus Empat Puluh Satu Miliar Rupiah) berdasarkan keterangan Bupati Kutai Kartanegara.
 Kondisi terkini : Telah runtuh (ambruk) pada tanggal 26 November 2011.
Terbayang oleh saya jika saja jembatan itu tidak diasuransikan, apa saja kira-kira kecaman, kritik, bahkan sumpah-serapah di masyarakat setelah kejadian ini?
Tetapi marilah kita berpikir positif; “untung diasuransikan’.. jika tidak ?
Hikmah atas kejadian.
Kata orang bijak, marilah kita ambil hikmah dari kejadian ini.
Berikut kira-kira hikmah yang kita petik/ambil dari peristiwa tersebut :
1. Semua Jembatan (baik jembatan biasa maupun jembatan gantung) di Republik ini, sejak saat ini, hendaknya DIASURANSIKAN. Sebab kita tidak tahu jembatan mana lagi yang akan berkejadian.
2. Semua “Harta ” yang lainnya seperti: Bangunan, Turap, Waduk, Rel Kereta Api, Bandara, Dlsb. Sejak saat ini juga segera diasuransikan. (bagi yang belum).
3. Timbul usulan / ide agar SEMUA RUAS JALAN (baik jalan Raya, jalan biasa, jalan beraspal/semen ) diasuransikan juga. Jika terjadi kerusakan jalan –berlubang misalnya – maka pihak asuransi yang menanggung ongkos perbaikannya. Jadi tidak lagi timbul keluhan bahwa pihak Pemerintah (Pemda, PU) bahwa tidak ada “biaya pemeliharaan”.
4. Sebaiknya “Dana Pemeliharaan” di bayarkan/serahkan ke asuransi saja, biarlah mereka yang profesional yang mengurusnya.
5. Ini juga akan berdampak, bahwa semua pembangunan, -pada saat pembangunan berlangsung- pengawasannya akan melibatkan pihak asuransi sepenuhnya, tidak hanya konsultan pengawas saja.
6. Hikmah lain adalah, kejadian ini berdampak sistemik – seperti rangkaian 1,2,3,4,5 diatas).... Silahkan ditambah poinnya oleh kompasianers.
Penutup.
Turut berduka-cita kepada semua korban jiwa dan harta benda atas kejadian yang telah terjadi.
Sejak kejadian, penulis tak akan pernah lagi melewati jembatan itu setiap bulan, seperti halnya selama 10 tahun terakhir ini. Setiap melewati jembatan itu, terpancar kebanggaan dan kekaguman dari penulis, tentang “Kemajuan” yang telah dicapai bangsa ini, tetapi sekaligus juga “agak ngeri” rasanya bila kita pas berada di tengah-tengah jembatan itu, ingin rasanya segera tiba diseberang sana... Selamat Jalan Jembatan Kukar.
Penulis adalah Rakyat Biasa yang tinggal di Samarinda.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun