Cemburu adalah thermometer untuk mengukur suhu cinta. Bagaimana bisa mengaku cinta, jika seorang lelaki sedikitpun tidak punya rasa cemburu.
Sebut saja Mr. Dummy, salah seorang teman kerjaku. Kalau mendengar cerita tentang dia, walaupun aku tidak mendengar cerita langsung darinya tapi cukup membuat aku geram. Dasar laki-laki bodoh, teriakku dalam hati.
Aku mendengar cerita tentang drama rumah tangga Mr. Dummy dari teman kerja yang lain, yang rumahnya dekat dengan tempat tinggal Mr. Dummy.
Pernah istrinya kabur dengan laki-laki lain sambil menghabiskan uang gajinya sebulan. Begitu jelas teman kerjaku yang lain.
Siapa laki-laki itu?, pacarnya?. Tanyaku penasaran.
Bukan!, brondong. Anak muda ABG yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ojek di kampung tetangga.
Uang gaji yang seharusnya untuk keperluan sehari-hari rumah tangganya habis dipakai hura-hura istri dan brondongnya. Sementara untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, Mr. Dummy kalang kabut pinjam uang sana-sini. Untung saja, anak-anaknya sudah pada besar dan terbiasa mandiri ditinggal oleh Ibunya.
Mr. Dummy tidak mencari kemana istrinya pergi?. Tanyaku kesal.
Mau cari kemana lagi?. Di telpon ke orang tuanya di kampung, ternyata istrinya tidak pulang ke kampung.
Terus?. Tanyaku penasaran sekaligus geram.
Pasrah saja!, di tunggu sampai istrinya pulang kembali.
Dia tidak marah?. Tanyaku tentang bagaimana Mr. Dummy menyikapi masalah istrinya.
Kedua anaknya yang telah duduk di bangku SMA marah, mencaci maki dan menyumpah serapahi Mamanya sendiri.
Mr. Dummy?. Tanyaku gemas.
Dia diam saja. Berusaha menenangkan anak-anaknya. Bahkan anak tertuanya sempat teriak padanya, "bapak, goblok!."
Oh, Tuhan. Berat sekali cobaan yang kau berikan padanya. Kataku sambil membuang nafas. Aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau kejadian seperti yang di alami Mr. Dummy menimpaku. Apakah aku bisa sesabar dia?. Hehehe, atau setolol dia?.
Sudah seminggu Mr. Dummy tidak masuk kerja. Ada apa lagi?. Mr. Dummy tidak pernah absen kerja lebih dari dua hari dan biasanya dia selalu memberi kabar kalau dia izin atau sakit.
Sudah dua minggu Mr. Dummy tidak masuk kerja tanpa kabar berita. Kabar burung yang terdengar, istrinya kabur lagi dengan brondong lainnya setelah ia menjual motor scooter terbaru yang dihadiahi oleh Mr. Dummy.
Motor scooter terbaru yang dijual dengan harga miring oleh istrinya akhirnya berhasil ditebus kembali oleh Mr. Dummy. Dan istrinya kini sudah ada di rumahnya kembali.
Bagaimana mungkin seorang laki-laki tidak punya rasa cemburu?. Kalau aku dengar cerita tentang drama rumah tangga Mr. Dummy, seringnya aku yang marah. Alu berusaha menghargai privacynya, walaupun sering makan siang bersama, aku tidak mau menyinggung masalah rumah tangganya.
*****
Pada suatu sore, teman sekampusku dulu datang ke rumah.
"Aku mau nganter undangan, Bro." Kata temanku membuka pembicaraan.
"Hah, siapa yang mau kawin?. Anakmu?. Memangnya anakmu sudah selesai kuliahnya?." Tanyaku sambil menerima undangan itu.
"Hahaha, masa lupa sih?, anakku kan baru SMP. paling umurnya selisih berapa tahun saja dengan anakmu." Jelas temanku.
Aku baru ingat, selisih tiga tahun saja perkawinannya dengan perkawinanku. Jadi kira-kira anakku lebih muda tiga tahun dengan anaknya.
Setelah temanku pergi. Aku hanya bengong saja menatap undangan berwarna merah itu. So what?, sandiwara rumah tangga apa lagi ini?. Sebuah rumah tangga yang nampak adem ayem itu ternyata menyimpan bara yang panas begitu lama.
Setahun usia putriku. Badai telah menghantam rumah tanggaku. Aku menemukan surat cinta istriku dari seorang pilot senior teman kerjanya. Ya, aku ingat dulu waktu di kampus, Don Juan memamerkan pacar barunya yang seorang pramugari. Kami para jomblo cuma bisa iri melihat kemesraan Don Juan dengan pacarnya. Don Juan yang ganteng dan kaya serta si pramugari yang cantik, Sebuah pasangan serasi tanpa cela,
Sejak kejadian itu, kami hidup serumah tapi pisah ranjang. Keputusan kami yang sudah bulat untuk bercerai ditunda sampai putri kami besar dan mau mengerti keputusan yang telah diambil oleh kami orang tuanya. Begitu penjelasan Don Juan padaku.
Kini aku dan Angie sudah resmi bercerai. Putriku lebih memilih hidup denganku. Datang ya ke pesta pernikahanku?, awas jangan sampai gak datang!. Begitu pinta Don Juan padaku.
Selagi aku bengong menatap surat undangan. BB istriku berdering. Istriku sedang mandi. Biasanya aku tak perduli dan mendiamkannya saja. Tapi kali ini tidak.
"Haloooowww sayang, lagi apa ... qikqikqikqikqikqik." Suara seorang laki-laki dari BB istriku.
"Halo, Hei siapa ini?. Jangan kurang ajar ya!. Halo, siapa ini?!." Tanyaku marah.
Suara ketawa kuntilanak itu makin lama makin hilang. "Bangsat!, kurang ajar!." Ku banting BB istriku sambil teriak-teriak marah. Siapa laki-laki itu?. Tanyaku dalam hati. Hati yang telah hangus dibakarĀ cemburu.
*****
Sejak kejadian itu. Komunikasi aku dan istriku telah sebulan terputus. Dia berusaha menjelaskan kalau laki-laki itu hanyalah teman sekolahnya dulu yang suka bercanda. Ah, siapa yang bisa percaya?. Istriku telah bersumpah-sumpah kalau ia tidak ada hubungan apa-apa dengan lelaki kuntilanak itu. Tapi aku lebih save berlindung pada dinding tebal rasa cemburuku.
Tok! Tok! Tok!. Terdengar suara pintu ruang kerjaku diketuk dari luar.
"Masuk!."
Dua orang berpakaian jaket hitam dengan kepala berrambut cepak, masuk kedalam ruanganku kemudian duduk di hadapanku.
Salah sorang dari mereka menjelaskan bahwa mereka membawa surat penangkapan untuk Mr. Dummy yang diduga telah melakukan pembunuhan terhadap seorang laki-laki ABG.
"Apa bapak tidak salah orang?." Tanyaku tak percaya dengan penjelasan orang itu.
"Demi penyelidikan lebih lanjut makanya Mr. Dummy akan kami bawa ke kantor polisi." Begitu penjelasan orang itu.
"Selamat siang, Pak." Mr. Dummy masuk ke dalam ruang kerjaku setelah aku suruh office boy untuk memanggilnya.
Mr. Dummy mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku. Tiba-tiba saja bukan hanya menjabat tangannya erat, aku pun berusaha memeluk Mr. Dummy sambil berbisik kepadanya.
"Benar, apa yang telah bapak-bapak itu katakan?." Kataku sambil berbisik ditelinganya.
Badan Mr, Dummy terguncang hebat, laki-laki yang ku anggap paling tegar dan sabar itu akhirnya tumpah juga tangisnya. Dalam isaknya, ia masih sanggup berkata-kata. "Aku laki=laki, Pak!, Aku laki-laki!, Aku bukan orang bodoh, Pak!, Aku bukan orang tolol, Pak"
Kedua polisi berpakaian preman itu akhirnya melerai Mr. Dummy.
"Ma'af." Hanya suara singkat itu yang keluar dari mulut polisi sambil memasang borgol ke lengan Mr. Dummy.
Baru kali ini aku lihat mata elangnya Mr. Dummy, mata yang lapar dan marah dibasahi air mata. Ya, aku lihat ketegaran dan keberanian di kedalaman matanya.
"Sukses, Pak!." Kataku sambil menepuk-nepuk bahunya. Kedua polisi menggiring Mr. Dummy keluar dari ruang kantorku.
Setelah kepergian mereka. Aku pun bingung, kenapa aku katakan sukses pada Mr. Dummy. Apakah aku sudah tak waras, menganggap seorang pembunuh seperti Mr. Dummy sebagai orang yang sukses?.
Ya, Bagiku Mr. Dummy telah sukses sebagai seorang pemberani yang telah menyelesaikan masalah dengan cara yang ia pilih. Sedangkan aku?. Ya, aku hanyalah orang tolol. Yang telah berlarut-larut mendiamkan dan tidak berani menyelesaikan permasalahanku dengan istriku sendiri.
*****
Kutu Kata si Kutu Buku Rangkat, Lelaki Yang Tak Punya Rasa Cemburu, 12062012