Episode Certa Rangkat (ECR)
Dahulu kala pada zaman antah berantah, Desa Rangkat adalah sebuah kerajaan.
Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo. Rakyatnya yang adil dan makmur dipimpin oleh raja Hans Rangkat yang welas Asih (baca: Asih Rangkat) dengan permaisurinya Mom De Rangkat dan penasehat kerajaan Parih Taufiq El Hida yang bijaksana sini. Raja Hans Rangkat memiliki seorang putri bernama Maharani Lubis.
Karena kceantikan putri Maharani Lubis banyak pemuda dari seluruh duniayang ingnmelamarnya. Raja Hans Rangkat bingung. Berdasarakan nasihat Patih Taufiq El Hida, agar dilakukan sayembara adu jangkrik. Siapa pemenangnya, maka orang itu lah yang berhak mendapatkan putri raja.
Dari seluruh peserta adu jangkrik, akhirnya tersisa dua orang. Pangeran Charles dari Inggris dan Pangeran Bocing dari kerajaan Rangkat sendiri. Putri Maharani berharap agar Pangeran Charles lah pemenangnya, untuk perbaikan keturunan karena kawin sama bule, itulah alasannya. Kalau sama Bocing nanti keturunannya Bocing (Bocah Ingusan) semua.
“Sesuai sabda pandita Raja, siapa pemenangnya maka dialah yang berhak mendampingi Putri raja/” Begitu Titah Patih Taufiq El Hida.
“Hai, Charles kali ini kau akan pulang kampung lebih dulu!.” Tantang Bocing.
“Bocing!. Not Action Talking Only (diterjemahkan secara asal : jangan banyak omong), kite buktiin aje siape pemenangnya.” (Lah, kok ngomongnya jadi betawi, hehehe ternyata charles kecilnya lama tinggal di Depok alias Inggris Depok, bukan Belanda Depok).
Die gak tau kalau jangkrik gue, udah gue kasih Viagra, biar kuat tempur.Bisik hati Pangeran Charles.
“Hehehehe, Tuan Putri Mahar sabar ya sayang, A’a berjuang dulu.” Kata Bocing pada Mahar.
Mahar cemberut. Ih, siapa lagi yang suka sama Bocing!. Bisik hati mahar.
Baru saja ronde pertama. Jangkriknya Pangeran Charles sempoyongan dan ambruk.
Pangeran Charles seolah tak percaya. Gak mungkin!, gue udah kasih Viagra dua butir, biar bisa kuat beberapa ronde, masa baru satu ronde sudah keok?.
Patih Taufiq El Hida mengangkat tangannya Bocing sebagai tanda kalau Bocinglah pemenangnya. Bulu ketek Bocing berkibar menertawakan si Pangeran Charles.
“Tunggu dulu!.” Teriak Pangeran Charles. “Bocing telah melakukan kecurangan!, mohon patih Taufiq El Hida yang bijaksana sini sudi mempertimbangkan.”
“Maksud lo?.” Tanya Patih.
“Coba cium jangkriknya si Bocing!.” Teriak Pangeran Charles.
“Dewan juri, cium jangkriknya si Bocing.” Perintah Patih.
Huh, acem!. Kata dewan juri pertama. Owwweek. Dewan juri pertama langsung mual. Dewan juri ke empat langsung pingsan. Dewan juri kelima, Oweeegghhg!, langsung muntah-muntah.
“Permisi Tuan Patih, saya mau buang air dulu!.” Kata Dewan juri ke lima.
“Kenapa kamu?.” Tanya Patih.
“Saya terkena muntaber, Tuan Patih.”
“Ya, sudah!, silahkan sana.”
Dewan juri kelima langsung ngibrit nyari kamar mandi. Saking tidak tahannya, akhirnya “cepirit” juga.
Criiitt!. “Ya, gue bilang juga ape?, gak keburu juga kan?.”
“Tuan Patih yang bijaksana sini, coba cium keteknya si Bocing!.” Pinta Pangeran Charles.
Tanpa pikir panjang, Patih langsung memerintahkan Dewan juri. “Dewan juri, cium keteknya si Bocing!.”
Baru mendengar perintahnya saja. Ke empat Dewan juri yang tersisa langsung jatuh pingsan.
Hehehehehe. Bocing Cuma nyengir-nyengir kuda/
“Jadi, maksud lo?.” Tanya Patih Taufiq El Hida pada Pangeran Charles.
“Maksud gue, si Bocing curang!, jangkriknya die sudah dikasih doping dengan cara di sekep di keteknya si Bocing, makanya jangkriknya bau asem sama dengan keteknya.”
“Benar, kamu Bocing?.” Tanya Patih Taufiq El Hida pada Bocing.
“Bohong!, si bule ini mengada-ada, jangkrik nya Bocing cuma dikilik-kilik pakai bulu keteknya Bocing sendiri setiap hari, makanya galak!.” Kata Bocing membela diri.
Sang Patih Taufiq El Hida mengambil keputusan. “Karena dewan jurinya sampai saat ini, satu orangpun belum ada yang sadar maka pemenang lomba ini ditunda dulu sambil menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.”
“Yes!, Yes!.” Teriak Putri Maharani senang.
Pangeran Charles memandang Putri Maharani dengan senyum penuh arti. Putri Maharani membalasnya dengan senyum menggairahkan. Pangeran Bocing melihat semua itu, dibakar api cemburu, ia dendam.
“Tunggu pembalasanku!, bule depok.”
*****
Di taman kerajaan. Putri Maharani bergaun putih berrenda bunga-bunga, resah menunggu. Pangeran Charles yang ditunggu-tunggu belum datang juga. Karena kesalnya, dibantingnya seikat kembang yang sedari tadi terus dipegangnya. Putri Maharani sambil terisak tangis masuk kembali ke dalam kerajaan.
*****
“Bagaimana, sudah kau kerjakan?.” Tanya Mak Lampir.
“Sudah, Mak.” Jawab Pongky ci Pocong Pinky.
“Hi hihih hihihi... bagus, bagus, ini hadiahnya buat kamu!.” Sambil Mak Lampir memberikan satu tandan pisang mentah.
“Kok, pisang hadiahnya?, bukannya daging atau darah, Mak?.” Tanya Pangeran Bocing.
“Hehehehe, Pongky ci Pocong Insyaf , dia adalah vegetarian.”
Pangeran Bocing menggaruk-garukan kepalanya yang kribo. Itu pocong atau monyet sih?, Bisik Bocing dalam hati.
Pongky Ci Pocong Pinky pun pergi meninggalkan Bocingberdua dengan Mak Lampir.
“Sebelum kau mengawini Tuan Putri, ada satu syarat yang harus kau penuhi, sesuai dengan perjanjian kita dulu.”
“Mak, mau berapa duit?.” Tanya Bocing.
“Mak gak perlu duit!.”
“Black Berry mau?, type yang mana, Mak?.”
“Kamu jualan HP?.” Tanya Mak Lampir kesal. “Ah, sudahlah Bocing, kamu jangan berlagak lupa.”
“Apa gak bisa di tukar dengan syarat lain, Mak?.” Tanya Bocing.
“Tidak bisa!, kamu harus mau meniduri Mak malam ini juga!.” Sahut Mak Lampir marah. “Hihii hihihii dengan keperjakaanmu, Mak akan kembali muda lagi!, Gak kalah dengan Tuan Putri Maharani, hihihihi hihihi hihihi hiii.”
Mak Lampir tertawa terkikih, memamerkan giginya yang hitam bertaring.
Hiiii!. Melihat gigi Mak Lampir, Bocing jijik, apalagi harus menidurinya. Dari pada dikutuk jadi kutu seperti Pangeran Charles mending juga “tidur” sama nenek-nenek. Bisik Bocing takut.
*****
Dengan ritual khusus dan persyaratan sihir lainnya. Akhirnya Bocing pun pasrah. Mak Lampir tertawa terkikih-kikih, kegirangan, seperti anak perawan yang baru jatuh cinta. Dicubiti nya berkali-kali pipi Bocing yang tembam.
“Hi hihihi hihihi, sebentar lagi kau akan jadi milikku, Bocing, hihi hihihi.”
“Lihat saja nanti, kalau aku sudah kembali muda...boleh dia adu mana yang lebih sexy, aku atau si Maharani itu!, hihihihih.. hihihi.”
Bocing diam saja, badannya gemetaran ngeri.
“Hei, Bocing!, sudah siap kamu?.”
“Si si siiii sii aa ap, Mak.” Kata Bocing gemetar.
“Hihihih hihihi hihihi hihihi hihihii... .” Suara seram Mak Lampir memenuhi ruang gua.
Bocing semakin ketakutan. Mak Lampir melepas bajunya satu persatu. Di lepasnya kebayanya. Bocing tetap tak melirik. Di lepasnya pakaian dalamnya. Hiiii, Bocing malah ngeri. Dilepasnya kainnya. Bocing acuh saja. Dilepasnya CD nya. Bocing melotot, mulutnya melongo. Wooow, Ancuuuuurrr!. Teriak Bocing ngeri.
Sengaja adegan tidurnya tidak diceritakan disini.Soalnya cerita ini sebenarnya dongeng untuk kalangan semua umur. Dari pada nanti kena sensor Admin. Saran penulis, lebih baik pembaca membayangkan sendiri dengan pikirannya masing-masing adegan “tidur” antara Pangeran Bocing dengan Mak Lampir. Kalau masih ada yang menganggap “porno”. Wah, itu sudah keterlaluan. Terlalu!, Kata Bang Haji Rhoma Irama. Perlu diperiksa jiwa humornya, apakah masih ada atau sudah mati?.
Matahari yang menyengat. Hawa panasnya menusuk sampai kedalam gua.
Celana pangsi, Baju silat, CD dan kaos kutang GT Man nya Bocing berantakan, berserakan di lantai gua bercampur dengan kain, kebaya, pakaian dalam dan CD nya Mak Lampir.
Bocing menggeliatkan badannya. Ia terbangun dari lelah lelapnya semalam. Oaah!, Bocing mengucek-ngucek matanya.
Di lihatnya seorang gadis sedang bercermin menyisir rambutnya yang hitam panjang. Tubuhnya yang putih mulus tidak ditutupi sehelai benangpun.
Bocing penasaran, ia duduk di tempat tidurnya. Matanya melotot gak mau lepas. Napasnya ngos-ngos an.
Wanita bertubuh mulus itu pun membalikkan badannya. “Aih, sudah bangun ya Bocing sayang... .”
Bocing melotot, mulutnya melongo. Tanpa sadar keluar suara dari mulutnya sendiri. “Syahriiiiniii.”
“Itu, diminum tehnya ya Bocing sayang, nanti keburu dingin.”
“Oh, Syahrini Idolaku, aku “sesuatu banget” deh sama kamu.” Bocing mukanya memerah penuh nafsu.
“Nambah lagi, sayang?.”
“Ho oh!.” Jawab Bocing ganas.
“Hihihi hihihi hihihi hihih hihihi hihihi ... .”Wanita bertubuh mulus itu tertawa terkikik-kikik persis tawa nya Mak Lampir. Bocing bengong, diperhatikannya bagian mulut wanita itu. Burung Bocing yang sudah siap mematuk langsung lemas kembali. Setelah ia lihat barisan gigi wanita bertubuh mulus itu hitam dan menjijikan, persis dengan gigi-giginya Mak Lampir. Terbayang lagi adegan semalam antara Bocing dan Mak Lampir.
Bocing cuma bisa teriak ;
“Ancuuuurrrrr !.”
Kutu Kata si Kutu Buku Rangkat, Kisah Pangeran Kutu Dan Putri Maharani, 04052012