Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Perang Mulut, Bukan Berita Gemblung

16 Desember 2009   17:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 281 0
[caption id="attachment_38866" align="alignleft" width="285" caption="Pak Gayus Vs Pak Benny"][/caption] Mbah tambah bingung, miturut Penjelasan Pak Lurah Gundul, perang itu pakai tembak2an, pakai meriem, pakai bom, pakai tank, tetapi di Indonesia ada perang mulut. Perang mulut menjadi berita, mbah pikir berita seru, ada yang luka, ada yang masuk rumah sakit, ada yang tewas..... jebulnya cuma berdebat dengan marah marah. Berita gemblung, seneng memberitakan ributnya daripada substansinya. Tapi salah mbah sendiri kenapa mbah baca berita begitu, tidak dibaca juga salah sebab nanti mbah juga tidak tahu Pansus Angket kerjanya apa, oooo......perang mulut tho. Kalau begitu mbah curiga, ongkos angket kan banyak, hasilnya mau kemana. Kalau mbah pergi ke Bogor, turun diterminal, naik angkot sampai Warung Jambu, ongkos angkotnya murah.  Mbah tambah mumet, perang mulut diongkosi negara juga, sudah digaji besar, uang rapat dikasih, uang baju dikasih, uang insentif dibagi, uang ini itu yang maksudnya ngurusi rakyatnya, eee....malah partainya yang diurusi. Kalau sama2 mikiri rakyat, pasti tidak ada perang mulut. Saling menyerang saling membela diri, satu menutup satu membuka, buka tutup akhirnya tidak selesai selesai. Walaupun Mbah cuma sekolah paket kejar2an, mbah mau membuat analisa ndeso. Skandal Century berawal dari pesan politik,  jangan ada bank yang tutup, pengaruhnya bisa gawat untuk perekonomian Indonesia seiring terjadinya krisis ekonomi di Amerika Serikat. Nasib mujur rupanya memayungi bank Century yang sedang kolapse, semata2 tidak ada unsur kepentingan pribadi kecuali berdasarkan asumsi melindungi kepentingan ekonomi nasional akibat krisis global. Bank Century harus tetap exist, Sri Mulyani yang menjabat Menkeu berkoordinasi dengan Budiono yang menjabat Gubernur BI. Jika kita lihat dari runtut kejadian, bahwa bank Century telah bermasalah sebelum Budiono menjabat Gubernur BI. Artinya, Budiono hanya mewarisi pekerjaan dari pendahulunya. Pada posisi ini Boediono berada pada posisi dilematis, diwarisi masalah yang bukan hasil pekerjaanya tetapi harus bertanggung jawab. Keputusan menyelamatkan Bank Century adalah keputusan politik nasional yang harus diambil, lebih melihat kepentingan ekonomi nasional. Apapun namanya asumsi adalah sebuah dasar keputusan berdasarkan anlisa bukan berdasarkan fakta. Berbeda waktu akan berbeda asumsi dan asumsi inilah yang akhirnya diputar balik untuk kepentingan politik. Asumsi memang dapat dibantah dari sudut pandang manapun dan ini telah dipakai untuk kepentingan politik. Jika ada penyimpangan, maka hal tersebut sudah menyangkut tehnis, akan masuk pada koridor hukum. Membidik Boediono dan Sri Mulyani dengan pelanggaran hukum akan sulit karena yang dilaksanakan adalah keputusan politik. Artinya, jangkauan hukum tidak akan mencapai Boediono dan Sri Mulyani, akan tetapi situasi ini dimanfaatkan adanya kepentingan politik. JK yang paling keras mengeluarkan pernyataan mengenai skandal Bank Century karena memang sudah pecah dengan SBY dalam pemilihan presiden. Jika JK dan SBY tetap bersatu, cerita pasti akan lain lagi.  Rakyat yang tidak paham dengan dunia politik terbawa, melihat penampilan para demonstran jauh dari penampilan intelektual yang memahami seluk beluk pemerintahan. Pemahaman yang sepotong2 dapat diarahkan untuk menggerakkan rakyat yang tidak paham , apalagi LSM yang memang dibentuk untuk kepentingan politik pihak tertentu sebagai corong. sayang mbah sudah tua, mbah mulai mengantuk jika mikiri politik, mendingan  mbah mikiri politik mbah sendiri, plerak plerok melirik janda kembang, siapa tahu ada yang masih kesengsem sama mbah, mbah tidak gemblung, yang gemblung yang dapat diprovokasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun