Sebagai orang lapangan, selama lima hari berturut-turut saya harus mengalami berbasah-basah ria. Menembus derasnya hujan. Beberapa kali harus berani menembus genangan cileuncang yang cukup dalam denga resiko motor mogok. Dalam kesempatan itulah saya mencatat beberapa titik ruas jalan yang banjir cileuncang. Beberapa ttik yang saya lewati itu adalah: jalan Sukajadi, perempatan Surya Sumantri-Djundjunan, jalan Djundjunan depan BTC, jalan Dago, perempatan Pasir Koja-Soekarno Hata, perempatan Kopo-Peta, jalan Pagarsih, jalan Melong, dan di bawah fly over Cimindi.
Saluran air/drainase di pinggir jalan yang selama musim kemarau terabaikan tak mampu menampung debit air hujan yang tinggi. Pendangkalan saluran air dan tersumbatnya gorong-gorong oleh sampah yang dibuang sembarangan membuat air mencari jalan keluar lain lewat badan jalan. Karena itulah, di beberapa badan jalan yang cekung menimbulkan genangan dengan ketinggian sampai 30 cm.
Saya sempat membaca penjelasan dari BMKG kota Bandung disebuah koran lokal, bahwasanya hujan yang telah turun dalam seminggu belakangan ini baru hujan pancaroba. Hujan yang turun dalam masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sedangkan musim hujan sendiri diperkirakan baru akan mulai awal Oktober.
Saya tidak bisa membayangkan, dalam hujan di musim pancaroba saja bisa menimbulkan banjir cileuncang dibeberapa tempat. Apalagi kalau sudah benar-benar masuk musim hujan. Saat musim hujan biasanya hujan berlangsung berjam-jam dalam sehari dengan curah hujan yang tinggi. Kalau kondisinya seperti sekarang, saluran air dangkal, gorong-gorong tersumbat, bukan tidak mungkin banjir cileuncang akan mengepung seluruh kota.
Mumpung masih sekitar seminggu menuju musim hujan sebenarnya (kalau prediksi BMKG benar), berarti masih ada kesempatan bagi pemerintah kota Bandung melalu Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP)-nya untuk melakukan pembenahan dan pemeliharaan saluran air/drainase dan membersihkan gorong-gorong yang bermasalah.
Tidak kalah pentingnya, diperlukan kesadaran yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat Bandung untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan membersihkan saluran air di sekitar pemukimannya secara swadaya.
Keep Bandung Beautiful, Euy!