Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mudik dengan Motor Baru

25 Agustus 2011   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29 121 0
Seorang anak kecil nampak terlelap diatas karpet musola. Berbantalkan jaket milik ayahnya dia begitu menikmati tidurnya. Perjalanan panjang membuatnya lelah. Sang ayah kelihatan sedang berbenah, mengatur letak barang-barang bawaan ditas besarnya.

Setelah sholat Duha, saya mendapati sang ayah bocah tersebut sedang duduk santai di teras musola. Kesempatan tersebut saya gunakan untuk sedikit berbincang-bincang.

Jajang, begitu ia menyebut namanya saat saya memperkenalkan diri. Ia berasal dari Rancah, sebuah kecamatan di bagian utara kabupaten Ciamis Jawa Barat. Lulusan SMA empat tahun lalu. Menikah seminggu setelah dinyatakan lulus dari sekolahnya dengan mempersunting pujaan hatinya, Tati yang berasal dari Rajadesa tetangga kampungnya. Saat ini dikaruniai seorang anak laki-laki berusia dua tahun enam bulan.

Pagi itu di musola sebuah SPBU di jl. Raya Cibeureum, Jajang dan anak istrinya sejenak beristirahat setelah menempuh perjalanan dari Tangerang menuju Rancah. Baru setengah perjalanan yang ditempuh Jajang dengan motor bebeknya. Perjalanan ini merupakan pengalaman pertama Jajang dan keluarganya mudik dengan sepeda motor.

"Kalau sebelum-belumnya, saya suka mudik pake angkutan umum. Kasihan waktu itu anak saya kan masih kecil banget." begitu kata Jajang.

Setelah menikah empat tahun lalu, Jajang merantau ke Tangerang. Tahun pertama ia menjadi asisten pamannya yang membuka kios Indomie Rebus. Mulai tahun kedua Jajang sudah membuka kios sendiri di daerah Ciledug. Sejak saat itu, Jajang harus mengikuti kebiasaan pada umumnya menjelang Idulfitri yaitu mudik.

"Kang, nitip pun anak sakedap nya! abdi bade ngabantun heula barang dina motor..."

"Mangga, ibu na kamana kitu?" saya bertanya, karena sudah hampir setengah jam berbincang tidak melihat istri Jajang.

"Nuju kacai heula, ngantri sigana di toiletna" kata Jajang sambil beranjak dari tempat duduknya.

Saat itu saya melihat cukup banyak pemudik yang mampir di SPBU. Saya bisa memastikan mereka pemudik melihat barang bawaan dimotornya yang berplat nomor 'B'. SPBU tersebut memang berada di jalur utama mudik dari Jakarta dan sekitarnya menuju kota-kota di Jawa Barat bagian Timur. Selain mengisi bensin, mereka pun mampir ke toilet atau sekedar istirahat dengan duduk-duduk di areal SPBU yang luas.

Saya memperhatikan Jajang menuju area parkir motor. Terlihat ia mengambil sebuah tas kecil di motornya sebuah Honda Revo baru.

"Motor baru, nich" kata saya saat Jajang kembali ke teras musola.

"Iya, kang! Baru dua bulan lalu saya ambil dari leasing, biar mudiknya nyaman kalau pake motor baru mah...heheheh!" Jajang tertawa.

Hampir satu jam saya berbincang dengan Jajang. Jajang mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Ia dan anak istrinya masih harus menempuh perjalanan sepanjang kurang lebih 150 km lagi. Revo baru nya siap melahap perjalanan mudik sepanjang lebih dari 600 km, pulang pergi Tangerang-Rancah-Tangerang.

"Hai-hati di jalan! Kade tah budak...watir kaanginan" saya pergi lebih dulu meninggalkan Jajang.

"Ok, kang! piduana"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun