"Saya tidak ingin kembali ke kampung, saya ingin menjadi warga Aceh," kata Muhammad Hasyim, salah satu pengungsi Rohingya Bangladesh, dengan bahasa Melayu seadanya.
Saat ini, (21/5) total pengungsi Rohingya 677 orang di Aceh. Maka, ini adalah kesempatan beramal bagi kaum muslimin dan muslimah.
"Para muhajirin Rohingya telah ditaqdirkan menginjakkan kaki di kota Aceh, Indonesia, dan disambut oleh kaum anshor di kota Aceh. Karena itu jadilah kalian semua seperti para sahabat anshor dahulu di Kota Madinah yang memiliki hati yang pemurah, yang telah menerima para sahabat muhajirin dari Makkah," seru al-Ustadz Abdul Qodir -hafizhohulloh- dalam status FBnya (19/5).
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya."
(HR. Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu)
Juga beliau shollallohu alayhi wasallam bersabda,
“Amalan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.”
(HR. Abusy Syaikh dalam Ats Tsawaab dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 955)
Dari al-Ustadz Sofyan Chalid hafizhohulloh bahwa Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah pernah berkata dalam salah satu ceramah beliau,
"Jika Allah mengampuni seorang wanita pelacur karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan dan sangat butuh minum, bagaimana dengan orang yang memberi minum (mengajarkan) tauhid kepada manusia dalam keadaan mereka sangat membutuhkannya?"
Masya Alloh, maka ini adalah peluang besar untuk meraih kemuliaan yang agung. Eksodus warga Rohingya sangat memelas hati kita dan tentunya ada rasa iba yang sangat mendalam. Kita bisa bayangkan, meninggalkan rumah-rumah mereka dan pergi entah mau kemana!
Banyak peristiwa yang sempat ana baca, yang membuat batin ini terharu. Diantaranya:
- "Tiga bulan kami tidak makan (di atas kapal), kini kami makan," kata Hasan sambil terisak saat diberikan dua piring berisi penuh nasi oleh warga Desa Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur pada Rabu
(20/5).
- "Awalnya kami ada sekitar 600 orang, meninggal sekitar 200 di lautan, 100 lebih di antaranya pria, sisanya wanita dan anak- anak," kata Hussain, salah seorang warga Rohingya.
- Muhammad Hasyim membayar 8.000 ringgit agar bisa ikut kapal untuk berlayar. Tanah dan rumahnya dijual untuk membayarnya, tapi ternyata hanya terkatung-katung selama 4 bulan di lautan, sebelum akhirnya mendarat di pantai Utara Aceh. Saking sempitnya kapal tersebut, mereka harus duduk meringkuk tanpa ada ruang untuk sekadar selonjor. Masya Alloh.
- Sunan, 38 tahun, seorang nelayan asal Aceh, mengatakan saat itu sekitar pukul 6 sore, Kamis pekan lalu saat sebuah kapal nelayan kecil menghampiri mereka, mengaku melihat banyak sekali orang di atas kapal, beberapa di antaranya bahkan ada di dalam air. Lantas saja, Kapal Sunan dan beberapa kapal lainnya menghampiri.
"Begitu mereka melihat kami, beberapa melompat ke air. Ada yang berenang, ada yang begitu sampai air tidak muncul lagi, tewas tenggelam, mungkin karena perut kelaparan sehingga tidak ada tenaga," ingatnya.
- Hassan menceritakan, setiap harinya, minuman dijatah di atas kapal. Sehari mereka mendapatkan tiga kali minum air dengan takaran sekitar 3 cm dari gelas. Masya Alloh.
- Tiba di Aceh, mereka minta dibawakan mushaf Al-Quran, sarung, sajadah dan peci. Mereka mengatakan tidak biasa shalat tanpa penutup kepala. Sedangkan para wanitanya minta dibawakan mukena. Ketika diberikan mushaf, mulut mereka langsung merapal ayat ayat suci di dalamnya.
- Muhammad Dul Hassan (17 tahun), warga Rohingya yang diselamatkan dari kapal di
Kuala Langsa, kini menjadi penghuni tetap salah satu bangsal di Rumah Sakit Kuala Langsa. Dia ditugaskan oleh para dokter untuk menjadi penerjemah pasien dari Rohingya atau Bangladesh. Karena hanya dialah satu-satunya yang bisa berbahasa Inggris.
- Seluruh warga desa di sekitar tempat pengungsian Aceh tumpah ruah memasak, melayani, merawat dan menghibur warga Rohingya. Hari itu mereka tidak masak untuk keluarga di rumah. Bahkan dirinya sendiri lupa makan. Allohu akbar!
Para bapak terlihat sibuk membagikan makanan yang seperti tidak akan ada habisnya. Sudah berkarung karung beras ditanak hari itu. Kebetulan, sekarang adalah musim panen. Alhamdulillah.
Masya Alloh. Sungguh ini merupakan kisah amat sarat makna. Menyimpan pesan dan panggilan yang dalam. Barokallohu fikum, penduduk Aceh, kaum anshor. Jazakumullohu khoir.
--------