Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Catatan Harian Guru Honorer (30): Panorama Pertemuan Mantan Murid dan Mantan Guru

7 Desember 2012   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 118 0
Saya tak menduga, dia menyapa dengan salam. Saat itu, saya duduk di kasir melayani pembeli buku. Tiba-tiba hadir mantan siswa saya. Namanya Akbar Qadafi, sekarang ia kuliah di Jurusan Pendidikan Biologi, UNM. Tak kusangka bisa bertemu dengan 'album' pendidikan saya yang sudah lama. Ia adalah murid saat saya masih mengajar di SMA Negeri 9 Makassar, kini ia sudah dewasa. Dan pertemuan itu melahirkan dialog yang panjang!

Subhanalloh..

Ternyata masih ada siswa saya yang kuat ingatannya. Akhirnya ia memulai bertanya,

"Dimana sekarang mengajar, Kak?" tanyanya.

"Di Gowa, Pondok Pesantren," jawab saya.

...

Dan percakapan itu mengalir dengan deras tanpa terasa 10 menit lagi jam 10 malam. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul darinya seputar bagaimana sebenarnya menjadi seorang guru dan mahasiswa.

Saya hanya menjawab seperti ini:

"Mahasiswa itu harus berubah dari 3 aspek, yaitu kognitifnya, afektifnya, dan psikomotornya. Prestasi mahasiswa itu harus nampak, jangan mau kalah dalam pertandingan secara sehat, sikap pun harusnya lebih baik, jangan lagi ada kata tidak sholat, perbaiki tauhid, tidak berpacaran lagi. Ini semua termasuk perubahan afektif secara baik. Kemudian, psikomotor berubah maksudnya sudah ada skill yang siap pakai dalam dunia pendidikan. Kita harusnya memiliki keterampilan.

Jangan sampai IPK-nya 4,00 tapi masih minta uang sama orang tua! Mahasiswa sejak dini harus belajar mandiri. Sambil kuliah, buka rental pengetikan (seperti saya dulu), menjual buku keliling masjid (seperti saya dulu), menjadi karyawan toko yang tidak mengganggu aktivitas kuliah (seperti saya dulu). Nah, semua paket inilah yang membuat mahasiswa itu lebih 'nyata' keberadaannya.

Kemuduian, untuk persoalan guru. Saya katakan:

"Memahami materi itu gampang, tapi membagi materi itu susah. Artinya, untuk mengetahui materi secara pribadi itu mudah sekali, namun mentransfer ilmu itu yang berat. Butuh metode, teknik, taktik, dll. Perbanyak baca buku tentang pendidikan, seperti buku "Anakku, Ummi Sayang Kamu" dan lain-lain sebagai modal pengetahuan sebelum terjun ke praktik mengajar."

Nah, percakapan itu semakin mendalam, hingga jarum jam mendekat angka 10, akhirnya murid saya pamit. Sepertinya ia masih ingin berdialog, tapi waktu membatasi. Saya juga sudah letih saat itu. Pasalnya, tadi pagi jam 6: angkat timbunan, jam 8: ke kantor samsat bayar pajak motor, jam 9: ke toko buku lihat perkembangan terbaru, jam 10: posting artikel, jam 12: sholat jum'at, jam 14: masuk kerja-10 malam.

Asyik, 'kan?

Alhamdulillah...

salam

Pak Kus

085 255 496 907

www.kompasiana.com/kusnandar

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun