Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Bila 'Mantan' Masih Cinta di Saat Sudah Menikah

22 April 2014   16:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 11713 0
Bismillahirrohmaanirrohiiim

Sebut saja namanya Tamir (nama samaran). Ia telah berkeluarga dan telah memiliki beberapa anak. Namun, rumah tangga Tamir saat itu telah berada dalam goncangan hebat.
Pasalnya "wanita" yang menyukainya di masa kuliah dulu, datang memasuki ranah rumah tangga si Tamir ini.

Wanita ini ternyata masih menyimpan rasa sukanya kepada Tamir meskipun ia telah walimah. Tak lama kemudian, akhirnya istri Tamir mengetahui ihwal ini.

Akhirnya, terjadilah pertengkaran hebat antara Tamir dan istrinya. Sang istri mulai goyah, merasa ingin minta khulu' (diceraikan).

Untungnya Tamir dan istrinya bisa mengatasi hal ini dengan meminta pertolongan kepada Alloh. Mereka saling kuat-menguatkan. Dan saling memafkan.

***

Maka, ini pelajaran mahal buat kita semua. Bahwa hendaknya seseorang yang menyukai orang lain, namun yang disukainya bukan pasangan hidupnya nantinya, maka janganlah ia memasuki rumah tangga orang lain. Karena ini termasuk merusak tatanan bahtera sakinah.

Dari Abî Hurairah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata, “Rasulullâh – shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"... dan siapa yang merusak (hubungan) seorang wanita dari suaminya, maka ia bukanlah dari kami".
[Hadîts shahîh diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bazzâr, Ibn Hibbân, Al-Nasâ'î dalam al-Kubrâ dan Al-Baihaqî]

Ini juga teguran bagi seseorang yang telah berpacaran di masa mudanya, namun pacarnya bukan menjadi pasangan hidupnya, maka janganlah ia mengungkit masa lalu 'mantannya' pada suami atau istrinya. Hendaknya ia bertakwa kepada Alloh subhanahu wa ta'ala. Karena barangsiapa yang mengungkit masa lalu seseorang yang buram (aib), maka Alloh kelak akan membuka aibnya pula.

Dari Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah bersabda shallallâhu ‘alaihi wa sallam,

“Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang beriman dengan lisannya, sedangkan keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin juga janganlah mencela mereka, serta janganlah kalian mencari-cari aurat mereka. Sesungguhnya, barangsiapa yang mencari-cari aurat saudaranya sesama muslim, Allah akan mencari cari auratnya. Barangsiapa yang auratnya dicari-cari oleh Allah, niscaya Allah akan mempermalukannya, walaupun dia berada di tengah rumahnya.”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahîhul Jamî’]

Dan merusak rumah tangga orang lain adalah sebuah konspirasi (persekongkolan) Iblis dan bala tentaranya. Rasulullah shollallohu alayhi wasallam bersabda,

“Iblis membangun istananya di atas air, kemudian dari sana ia mengirimkan (menyebar) pasukannya. Kemudian sang Iblis memanggil salah satu dari pasukan yang paling pandai membuat onar atau paling berbahaya untuk melaporkan tugas yang dikerjakannya. 'Saya telah melakukan ini…dan itu...,' kata salah satu pasukan itu, namun sang Iblis menjawabnya, 'Kamu belum berbuat apa-apa!' Kemudian datang lagi salah satu pasukan yang lain. 'Aku tidak akan membiarkan dia sampai aku dapat memisahkan dia dengan isterinya!' 'Bagus!' puji Iblis kepada pasukan yang berhasil merusak keharmonisan suami isteri tersebut.”
(HR. Muslim)

Olehnya itu, setiap orang yang tidak ditakdirnya menikah dengan yang diingini agar bertakwa kepada Alloh. Itulah resiko logis apabila menjalin hubungan dengan yang bukan mahrom, tentunya Alloh pilihkan yang terbaik buatnya.

Hendaknya ia bertaubat kepada Alloh subhanahu wa ta'ala dan janganlah sekali lagi ia mengingat-ingat mantannya! Lupakan "sejarah" maksiat. Karena hal itu hanya menyiksa dirinya. Menuntut ilmu agamalah, niscaya itu membuat hati tenang.

Ini juga teguran bagi suami dan istri agar hendaknya mereka menutup pintu masa lalunya yang suram. Jangan saking asyiknya "curhat", akhirnya berembes pada masa lalu yang akan mendatangkan mudhorot.

Karena itulah, Rosululloh shollallohu alayhi wasallam bersabda,

“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.”
(HR. Muslim no. 6537)

Terakhir, pernikahan adalah sarana membangun ketakwaan bukan saling membuka aib.

Ingatlah, bahwa pernikahan adalah tanda-tanda kebesaran Alloh subhanahu wa ta'ala. Sehingga janganlah mudah goyah lantaran ada ujian menimpa,

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir".
(Ar Ruum : 21)

Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberi taufik kepada kita semua....[]

--Bontote'ne, 21 Jumadil Akhir 1435 H

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun