Kebutuhan sebuah perusahaan untuk mengambil keputusan yang baik ternyata tidak hanya membutuhkan kontribusi dari sang manajer saja, melainkan juga kontribusi dari tim di dalam perusahaannya. Seorang manajer harus mampu mengakomodasi ide dan gagasan anggotanya dalam mengambil suatu keputusan, bukannya bertindak sendiri layaknya seorang single fighter dengan alasan apapun. Akan tetapi, rasa egois pribadi yang berasal dari kesuksesan sang manajer saat masih menjadi individu, membuat manajer tersebut memiliki tingkat kekhawatiran yang semakin tinggi jika memberikan kesempatan berdiskusi dengan bawahannya. Kesuksesan masa lalu membuat posisi manajer menjadi bias dan merasa menjadi manusia terpandai di ruangan dan menafikan anggota lain di kelompoknya.