Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Artikel Utama

Dosa Bergaya India

8 April 2011   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:01 1544 7

Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke India. Lawatan itu bertujuan untuk belajar dari India dalam pemanfaatan potensi air sungai dan danau untuk menghasilkan listrik. Indonesia memiliki potensi air danau dan sungai yang jika dikonversi menjadi energi listrik maka seluruhnya akan setara dengan 70 Giga-Watt (GW). Jumlah ini sekitar dua kali lipat dari daya terpasang di Indonesia yaitu sekitar 32 GW seluruh Indonesia dan baru sekitar 6% atau sekitar 4.2 GW saja dari total ernegi listrik itu yang berupa hasil konversi potensi air menjadi energi listrik. Sedangkan India memiliki kekayaan alam berupa potensi air yang dapat dikonversi menjadi daya listrik sebesar 170 GW. Dan, lebih dari 50 % dari potensi itu telah dikonversi menjadi energi listrik. Pengelolaan listrik dari air ini berupa pembangkit listrik tenaga air skala besar (>10 MW), mini (1-10 MW) dan mikro (<1 mw) baik yang dikelola oleh perusahaan milik negara maupun swasta berupa pembangkit listrik (Independent Power Producer, IPP). Banyak pelajaran berharga saya peroleh dari kunjungan ini. Selain urusan potensi air ini, saya juga sempat memenuhi hobi kuliner.

Dalam sebuah kesempatan, saya khusus jalan-jalan mencari menu makan khas India yang belum pernah saya nikmati selama ini. Ini bagian dari kesukaan dan memenuhi hasrat sebagai kelana (adventurer) kuliner. Dari hasil berkelanan kuliner ini semakin yakin bahwa makanan India betul-betul memenuhi kriteria the triple hot – hot of temperature (heat atau panas), hot of chilly (pedas) dan hot of spices (bumbu seperti merica atau masala dalam bahasa India). Bersimpuh peluh atau keringat adalah bagian dari ritual saat menyantap makanan ala India ini. Bagi kita yang terbiasa dengan makanan Nusantara khususnya ikan kayu berbumbu ala Aceh, rendang dan gulai ala Minang, rica-rica ala Menado, ayam Taliwang ala Lombok, sambal Cibuk ala Sunda dan ayam betutu ala Bali maka lidah kita terasa bergoyang lebih hebat saat menyantap makanan India dan cucur keringat mengalir lebih deras plus minum lebih banyak untuk meredam rasa pedas, panas dan bumbu yang menyengat. Sedikit berbeda dengan makanan Nusantara dimana the triple hot jarang hadir bersamaan. Makanan kita lebih sering panas dan pedas atau panas dan berbumbu menyengat. Cabe dan merica jarang hadir dalam jumlah ekstrim dalam menu kita.

Walau kental berjiwa kelana kuliner, saya sempat terkejut saat mendekati meja yang menyediakan makanan yang katanya biasa dihidangkan saat sarapan pagi di India bagian selatan. Terkejut kala melihat sebuah poster kecil bertuliskan: Dosa To Order – Plain Dosa or Masala Dosa. Dosa dan masalah adalah dua kata yang kita semua pasti sekuat tenaga hindarkan selama hayat masih dikandung badan. Namun ternyata, dosa itu jedis masakan yang dibuat dari tepung dan dimasak sesuai adonan seperti membuat dadar gulung. Sesudah memberanikan diri bertanya tentang jenis makanan dosa ini, apa saja kandungannya serta ritual atau cara menyantapnya, akhirnya tak tahan juga untuk segera menyantapnya. Hasilnya --- Sedap ! Plain dosa adalah dosa yang hambar atau nyaris tak berbumbu kecuali sedikit garam sedangkan masala dosa dalah dosa yang berbumbu dengan rasa ramai dan lebih menggoyang lidah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun