Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Its Now or Never... Tomorrow Will Be too Late !

9 Februari 2010   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01 548 0
Mari dengan seksama membaca reportase ringkas yang dirilis Kantor Berita Antara dibawah ini dan teropong kalimat "Karena energi primer kita untuk pembangkit listrik masih banyak yang lain. Kalau masalah kajiannya,  Batan dan BBPT sudah melakukan secara sistematik. Departemen menggunakan kajian mereka. Tapi saya belum mendapat laporan kajian itu sudah seperti apa," ujar Darwin. Berikut beberapa fakta dan faktor yang dapat digunakan sebagai pembanding terhadap pernyataan serta pendapat dalam kalimat diatas: 1. Kita meningggalkan zaman batu (stone age) sebagai alat bantu dan pindah ke penggunaan logam (bronze age) bukan karena batu telah habis. Begitu juga dalam sejarah perkembangan penggunanan sumber daya alam untuk energi, kita tinggalkan kayu sebagai bahan bakar dan pindah ke BBM dan BBG (idem ditto PLTU dan PLTG) bukan karena kayu (yaitu salah satu contoh bahan baku nabati atau biomass) sudah habis. Bahkan kini bahan baku nabati kembali dilirik sebagai sumber energi: untuk menghasilkan uap, listrik dan alat transportasi. 2. MenESDM adalah ketua tim penyusunan Kebijakan Energi Nasional dan juga Dewan Energi Nasional. Dalam tim tersebut ada sebuah sub-tim yang khusus menangani PLTN. Semua hasil kajian selalu dilaporkan lisan dan tertulis pada MenESDM, bahkan lebih lanjut ringkasan hasil kajian beserta rekomendasi dilaporkan ke Presiden RI. 3. Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia adalah gagasan Presiden Soekarno yang diawali dengan pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet pada tahun 1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik. Ini contoh konkrit bagaimana antisipasi dari ancaman sistemik yang relatif tidak mengenal jarak dari kecelakaan nuklir. Paniti Negara ini yang menjadi cikal bakal terbentuknya Batan, www.batan.go.id 4. Jika risiko PLTN yang menjadi penghambat maka jangan melupakan potensi sistemik dari kecelakaan PLTN. Negara-negara tetangga telah terlebih dahulu secara politis menyatakan Go Nuclear ! bahkan sudah memiliki rencana konkrit pembangunan PLTN. Jika kecelakaan nuklir terjadi disalah satu negara ASEAN yang secara geografis berdekatan dengan Nusantara maka kita akan juga terkena dampaknya, eg nuclear cloud. Dalam skala yang lebih kecil mari kita tengok kebakaran lahan (hutan dan pertanian) yang sering terjadi di beberapa lokasi di Sumatera dan Kalimantan menghasilkan asap tebal yang mengganggu dan mengancam kesehatan dan transportasi. Kawasan sekitarnya di Nusantara dan beberapa negara tetangga terkena dampak-negatifnya. Contoh potensi sistemik lain adalah fenomena hujan asam (acid rain) yang sering kita dengar beritanya di benua Eropah dan Amerika. Banjir bandang (flash flood) akibat hujan lebat di bagian hulu sungai atau mencairnya es di gunung-gunung adalah contoh lain dari ancaman sistemik yang terjadi dan menjadi perhatian kawasan (dalam satu atau lebih negara) yang dilalui oleh sungai tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun