Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

On The Right Track -- Are We Not ?

26 Juli 2009   10:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:54 1241 0

Puji syukur mari kita sama-sama panjatkan kehadirat Tuhan Maha Pengasih. Perampokan uang dari kendaraan angkut uang antar bank dan layanan jasa keuangan telah mulai dapat terungkap dan tentu akan diproses melalui jalur hukum. Peristiwa bom bunuh diri yang sama-sama kita hujat juga mendapat perhatian dan membangun semangat kebersamaan ”Mari Kita Perangi Terorisme”. Gerakan Indonesia United yang banyak berkumandang di jejaring sosialdan dikumandangkan melalui kampanye dijital adalah salah satu contoh nyata. Hasil Pilpres juga sudah resmi diumumkan. Tentu kita sama-sama mengamati bahkan terkadang tanpa sadar ikut dalam gonjang-ganjing tudingan dan protes yang dipicu oleh tudingan kecurangan, ketidakadilan sampai tuduhan anti-demokrasi. Peristiwa-peristiwa besar ini menyita begitu banyak perhatian bahkan uang dan energi, kini saatnya kita kembali pada fokus membangun Indonesia yang aman, adil, demokratis, damai dan sejahtera.

Sering kita mendengar, melihat dan membaca slogan On the Right Track (ORT). Bukan hanya dikumandangkan oleh pemimpin negeri kita ini, juga dalam arena korporasi, seringkali dalam organisasi pendidikan, sekolah dan kemasyarakatan bahkan dalam perbincangan keluarga, eg. Keluarga Batak senantiasa melaksanakan Partangiangan Tutup dan Bona Taon dimana setiap anggota keluarga dimulai dari yang paling dituakan menceritakan kilas perjalanan hidup, memohonkan maaf dan meminta didoakan agar tahun berikut menjadi insan yang lebih baik. Slogan ini bisa berwujud pertanyaan yang menggambarkan pentingnya melakukan evaluasi atas hasil perjuangan atau kerja terhadap rencana atau misi yang diemban. Pernyataan kita sudah dijalan yang benar ini sering membakar semangat untuk terus berkiprah walau kita jika kita jeli dan cermat maka pernyataan ini bisa berujung pada kebahagiaan semu bahkan menyesatkan. Mengapa demikian?

Mari kita gunakan rel kereta api, lokomotif dan gerbong yang dihelanya sebagai metafor untuk memahami slogan OTRtersebut. Pernyataan tersebut tentu memberi gambaran bahwa lokomotif dan rangkaian gerbong telah dan tetap berada diatas rel. Apakah ini memuaskan kita ? Belum tentu ! Bagaimana jika lokomotif yang menghela gerbong bukannya bergerak maju melainkan mundur? Bukannya tumbuh melainkan mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi, begitu kawan-kawan ekonomi sering mengatakan.

In the Right Direction

Sesudah kita yakin bahwa kita OTR, sub-slogan In The Right Direction (IRD) musti juga dikobarkan untuk mengajak semua pihak untuk sama-sama menilai apakah kita dalam keadaan OTR tersebut sudah memberi jaminan bahwa lokomotif dan semua gerbong yang dihela bergerak kearah tujuan yang kita sama-sama tetapkan sejak awal. IRD adalah tekad yang terus membara diperjuangan kita. Kita selalu diingatkan pepatah kuno – If you don’t know where to go, you will end up nowhere.

On The Right Speed

Jangan puas hanya mengetahui bahwa kita sudah OTR dan sudah pula IDR. Ajukan pertanyaan kritis -- Sudahkah kita meluncur diatas rel kearah yang benar dan dengan kelajuan yang diinginkan? An the Right Speed (ARS) adalah sub-slogan yang musti kita gelorakan. Melaju pesat adalah keinginan kita. Bergerak dan melaju biasa-biasa saja tentu bukan cita-cita siapapun. Good is the enemy of Great kata Jim Collins dalam buku laris manis “Good To Great”.

Secure and Safety

Sesudah yakin bahwa kita OTR, IRD kemudian ARS -- Itukah akhir dari perjuangan kita membandingkan hasil capaian terhadap rencana perjuangan kita? Tentu tidak ! OTR, IRD dan ARS yang dahsyat itu bisa saja berbuntut pada situasi kehidupan kita yang penuh rasa was-was, dag-dig-dug, cemas dan stressful. Kita ingin bahwa melaju kearah yang benar diatas rel itu juga memberi rasa aman (safety) dan nyaman (secure).

OTR, IRD, ARS kemudian S&S adalah kiat pamungkas untuk menjadi pemimpin. Saya yakin kita semua adalah pemimpin. Bukan hanya mereka yang ada didepan atau diatas saja yang hanya layak mendapat sebutan pemimpin. Kita yang sedang ditengah dan menapak keanak tangga yang lebih tinggi juga adalah pemimpin. Bahkan, kita yang berada diantrian yang paling belakangpun adalah pemimpin. Jika kembali kita gunakan metafor kereta api maka masinis, kondektur, juru sinyal sampai pelayan restorasi juga adalah pemimpin dengan lakon kepemimpinan masing-masing.

Ki Hadjar Dewantara yang bermitra dengan Kartono (PS. Kartono adalah kakak kandung wanita pejuang dari Jepara, yaitu RA Kartini) menelorkan sebuah kiat bijak untuk menjadi pemimpin, yaitu Ing ngarso sung tulodu, Ing madyo bangun kerso, Tut wuri handayani. Pemimpin yang berada didepan (leader) wajib sebagai penentu arah dan menjadi suri tauladan. Pemimpin ditengah memimpin dengan satu tujuan mulia yaitu membangun kekompakan tim, sedangkan pemimpin yang dibawah memimpin kelompoknya agar terus memberi dukungan.

Are we on the right track?

Are we in the right direction?

Are we moving at the right speed?

Do we feel secure and safety?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun