Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Jokowi di Capreskan, PDIP Leading di 2014

13 Januari 2014   22:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51 303 2
Saya termasuk yang selalu mencoba rasional dalam membaca fenomena apapun yang saya lihat, saya dengar dan saya baca. Termasuk urusan politik di negeri ini. Saya bukan pendukung PDIP dan tak menyukainya. Karena saya punya keyakinan ideologis tersendiri, termasuk dalam hal politik. Saya kader Nahdliyin yang tentu secara afiliasi politik sudah sangat jelas yaitu di PKB. Orang yang tabi' ke ulama dan memahami sejarah perjalanan perjuangan NU berikut sejarah politiknya, niscaya dia akan teguh di PKB sebagai parpol buatan para Ulama NU.

Tapi saya sungguh sedang dibuat penasaran dengan fenomena seorang Jokowi. Orang yang terkesan natural, ndeso, kurus, dan sederhana dalam berpenampilan serta berbicara. Saya melihat PDIP diuntungkan oleh sosok Jokowi. Kharisma mega di internal PDIP mungkin tak bisa digantikan, tapi di publik sudah selesai. Mau memaksakan diri nyapres bagaimanapun, Mega akan kalah. Tapi melihat fenomena Jokowi saya koq agak sedikit berbeda.

Semakin Jokowi dihina, dikritik, apalgi dengan cara-cara yang tak manusiawi sebagaimana gaya Ruhut Sitompul dari Demokrat, atau pemberitaan gaya TV One dengan muatan ARB dan Golkarnya, masyarakat koq malah tambah simpaty sama dia. Aneh tapi nyata.

Urusan di Jakarta itu rumitnya minta ampun, masalah kemacetan, banjir dan seabreg masalah lainnya dihadapi Jokowi. Ekspektasi masyarakat begitu tinggi. Tapi publik kelihatannya mampu nrimo situasi dan kondisi Jakarta seperti sekarang ini yang sedang diurus dan dipimpin oleh Jokowi-Ahok.

Jokowi bukan sosok yang pandai berbalas pantun dengan kata dan kalimat-kalimat bersayap sebagaimana Gaya SBY dan Anas Urbaningrum. Saling sindir atau saling "serang" dengan kalimat-kalimat yang terkesan santun. Dia kalimatnya sederhana dan mudah dimengertoi oleh rakyat pada umumnya. Dia tak banyak kata, tapi banyak langkah membangun kedekatan dengan warga melalui gaya blusukannya. Rakyat sepertinya terhibur dengan kehadiran sosok pemimpin seperti Jokowi ini.

Lalu bagaimana dengan PDIP sendiri. Sebagaimana judul tulisan saya diatas, jika saja Jokowi dari sekarang dicapreskan oleh PDIP, maka boleh jadi ada peluang PDIP semakin leading di 2014. Rakyat tidak senang sama PDIP nya, tapi mereka senang sama Jokowinya.  Jika PDIP tidak melakukan itu (mencapreskan Jokowi sebelum Pileg), maka boleh jadi suara PDIP ya tidaklah jauh dari kisaran angka 15-20 persen.

Saya teringat bacaan seorang kawan, bahwa masyarakat pemilih di Indonesia itu terbagi pada 3 kategori. Pertama, Pemilih Ideologis angkanya di kisaran 20-25 %. Keduam Pemilih pragmatis/transaksional angkanya sekitar 25-30 % dan Ketiga, Pemilih rasional (apatis) terhadap pemilu, bila perlu Golput yang angkanya di kisaran 40-50 %.  Nah dari angka yang 40-50 itulah suara PDIP akan terangkat dengan hadirnya sosok Jokowi. Buktinya orang Jakarta saja yang notabene tingkat menengah keatasnya paling tinggi di Indonesia saat Pilgub kemarin memilih Jokowi.

Kalau saya sich mudah-mudahan Jokowi di capreskannya setelah Pileg saja. Agar komposisi kekuatan di legislatif nantinya merata. PDIP, Golkar, PKB, Gerindra, Demokrat, Hanura, PAN dst. Apalagi jika Jokowi nantinya dipasangkan dengan Mahfud MD dari PKB wah gabungan Nasionalis-Religius akan jadi paket pasangan yang pas. Dan saya meyakini akan memenangkan pertarungan di Pilpres nanti.

Anda punya pendapat lain?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun