Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Menemukan Makna Kebahagiaan Sesungguhnya

27 Juli 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 8133 8
Saya mendapatkan message di inbox dari salah seorang Kompasianers, La Rosa namanya, beliau meminta bantuan kepada saya akan definisi kebahagiaan dan kenapa orang tidak bahagia, pertanyaan itu diwujudkan dalam bentuk tulisan di kompasiana, ini linknya http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/07/27/apa-itu-kebahagian-kenapa-orang-tidak-bahagia/ Beberapa kompasianers memberikan tanggapan dalam komentar tulisan tersebut, rata-rata berpendapat harus disepakati dulu makna apa itu kebahagiaan? Dan sepakat bahwa kebahagiaan itu merupakan hal yang subyektif, bergantung bagaimana masing-masing orang memaknai dan merasakannya. Tapi sebenarnya pengertian dan pemahaman tentang bahagia dan kebahagiaan itu ada dasar philosofis dan keilmuannya. Dan yang paling utama, kita harus meyakini bahwa yang paling mengerti tentang makna kebahagiaan seorang manusia adalah DIA yang menciptakan kita. Tuhan Yang Maha Esa dan utusannya yang diberikan cahaya ilmu melalui wahyu. Namun sebelumnya penting untuk dijawab dulu dua pertanyaan " Untuk apa kita hidup ?" dan "Mengapa kita hidup ?". Jika kita benar menjawab dan memahami kedua pertanyaan itu, maka kita akan benar menjalani kehidupan dan akan bertemu dengan apa itu kebahagiaan sejati. Apakah kita hidup hanya sekedar mencari makan, hidup sekedar untuk hidup, bekerja sekedar untuk bekerja, hanya mencari materi duniawi, uang yang banyak, kendaraan mewah, rumah bak istana dengan jumlah yang banyak, istri cantik ? Jika kita hidup sekedar untuk hidup babi di hutan juga hidup, kalau  bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja, begitu Buya Hamka berbicara. banyak orang yang sangat berlimpah secara materi, memiliki jabatan tinggi, harta yang berlimpah, suami yang ganteng, istri yang cantik seakan serba serasi dan terlihat seolah-0lah bahagia, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang hatinya kosong, kering dan gersang. Semua harta yang mereka miliki tak mampu membuat mereka bahagia, itu disebabkan karena mereka salah menentukan tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang benar mestilah dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu, korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan,  dan memberi manfaat kepada orang banyak. Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA,  dan menjadikan dirinya sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir. Orang yang sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya dengan tangannya sendiri tanpa ada peran "tangan Tuhan" dan juga manusia yang lainnya. Dia juga tak akan mungkin berfikir hidup untuk hidup semata, tapi dia akan berfikir untuk meraih hidup di dunia demi kehidupan yang kekal abadi nanti di akhirat. Itulah makna do'a "sapu jagat" yang selama ini oleh seorang muslim sering di baca " Rabbanaa Aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa kinaa adzaaban naar". Substansi pokoknya adalah terciptanya  "hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat" baik keadaan hidupnya di dunia dan baik pula keadaan hidupnya kelak di akhirat. Dengan memahami philosofi hidup tadi itulah, maka kita akan sampai pada makna kebahagiaan yang sesungguhnya, dan jika terjadi situasi ketidakbahagiaan maka hal itu semata-mata karena terdapatnya situasi yang sebaliknya dalam pandangan, dan perilaku kehidupan sehar-harinya itu. Kita lihat makna bahagia menurut Al-Qur'an " Qad Aflaha man tajakka, wa dzakarasma rabbihi fashalla", pasti bahagia orang yang membersihkan (diri, hati, harta), yang selalu mengingat Tuhannya, lalu dia shalat.

Dalam kitab Mukhtaaral Hadist Rasulullah SAW berkata " Kebahagiaan yg paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah. {HR. Ad-Dailami dan Al Qodho’i}

Dalam hadistnya yang lain, Rasulullah juga menunjukan ciri bahagianya seseorang. "Empat perkara yang merupakan kebahagian dari seseorang, yaitu: mempunyai isteri yang shalehah, mempunyai anak yang berbakti, mempunyai teman yang shaleh dan mencari rizki di negerinya sendiri (HR. Dailami dari Ali ra)

Diriwayatkan dari Ali ra. : kami mengikuti upacara pemakaman di Baqi Al Gharqad. Nabi Muhammad Saw mendatangi kami dan duduk, kami pun duduk mengelilinginya. Nabi Muhammad Saw menggenggam tongkat kecil di tangannya, membungkukkan kepalanya dan mulai menggoresi tanah dengan tongkat itu. Kemudian Nabi Muhammad Saw bersabda, “tiada seorang pun diantara kalian, maupun setiap orang yang diciptakan, kecuali memiliki sebuah tempat, di surga ataukah di neraka, yang telah ditetapkan untuknya. Dan telah diputuskan untuknya apakah ia akan berada di antara mereka yang berbahagia (sa’idah) atau berada di antara mereka yang celaka (syaqiy-yah)”. Seorang lelaki berkata, “ya Rasulullah Saw, dapatkah kami bergantung kepada apa yang telah dituliskan untuk kami dan meninggalkan perbuatan-perbuatan (amal), begitu pula orang-orang yang berbahagia di antara kami akan mengerjakan perbuatan-perbuatan orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di antara kami akan mengerjakan perbuatan-perbuatan orang yang celaka diantara kami?” Nabi Muhammad Saw bersabda, “perbuatan-perbuatan baik akan melapangkan jalan bagi kebahagiaan dan perbuatan-perbutan buruk akan melapangkan jalan bagi ketidakberuntungan.” Kemudian Nabi Muhammad Saw membacakan ayat-ayat suci berikut : maka siapa yang (suka) memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta membenarkan adanya pahala yang terbaik, kami sungguh memudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan. (QS Al Lail [92] 5-7).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun