Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Nobar Para Politisi Dan Philosofi Sepakbola

13 Juni 2012   04:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 243 2
Saya pernah merasakan suasana nonton bareng dengan teman SMA, dengan teman sekantor dan mendampingi bos nobar bareng masyarakat. Tapi dari sekian pengalaman nobar itu, yang paling menarik dan seru adalah nobar dengan para politisi. Kegiatan itu dilaksanakan pada saat pembukaan EURO 2012 kemarin. Yang memfasilitasinya adalah pengurus KNPI Kabupaten Tasikmalaya.

Sebagai organisasi kepemudaan, yang didalamnya banyak sekali aktifis OKP, aktifis Mahasiswa dan juga politisi, KNPI menjadi rumah bersama yang menjadi tempat berkumpulnya para politisi. Kegiatan itu diselenggarakan di eks gedung DPRD Kab. Tasikmalaya yang kini menjadi kantor Dinas Pertanian. Hadir para mantan ketua KNPI, mantan pengurus, ketua-ketua OKP, pejabat teras pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Wakil Bupati, Sekda, beberapa Kepala Dinas dan anggota DPRD.

Sisi keriuh rendahan nobarnya para aktifis dan politisi itu, memang berhubungan erat dengan suasana psikologis dan kebiasaan mereka yang mampu membaca philosofi sepakbola. Wakil Bupati H. Ade Sugianto dalam sambutannya saja sudah menyentil kesana-kemari, termasuk mengomentari urusan pakaian yang beliau kenakan serta beberapa koleganya yang lain.

" Kalau saya kan dari awal sudah paham, namanya nobar bareng KNPI ya isinya pemuda semua, suasannya santai, jadi yaa saya pake baju santai saja, kemeja kotak ala Jokowi. Lha kalo Pa Basuki yang anggota DPRD kenapa hadir disini pake baju batik? Jangan-jangan bilang ke istrinya mau menghadiri acara undangan pernikahan ya..?" ungkapnya, diiringi suara tawa yang hadir.

Selama pertandingan pun mereka seakan konek dengan naluri politisi mereka. Bagaimana mereka berbicara seputar strategi dan taktik permainan, posisi bermain, dan pola permainan tim sepakbola.

Tapi dari sekian pembicaraan itu, saya menangkap philosofi dari pertandingan bola itu yaitu :

Pertama, Sepakbola bagaimanapun adalah permainan tim. Disana harus ada kerjasama yang baik dan apik antara penyerang, gelandang, pertahanan hingga penjaga gawang. Mereka harus turut pada arahan dan insrtuksi strategi pelatih. Mereka harus sadar kapan menyerang, kapan bertahan, dengan tujuan pokok menggolkan bola ke gawang lawan dan menjaga bagaimana caranya agar gawang sendiri tidak kebobolan.

Dalam politik juga mungkin terjadi seperti itu. Tujuan utama mereka adalah bagaimana agar memenagkan pertarungan menjadi penguasa baik di eksekutif maupun dilegislatif. Semua elit dan pengurus partai dalam perannya masing-masing harus bisa memainkan diri. Seorang kader partai yang menjadi pejabat eksekutif bagaimana memaksimalkan potensi dan peluang dalam kedudukannya tersebut untuk bisa membesarkan partai. Entah dengan aktifitasnya di pemerintahan atau praktik kotornya mengambil dan menggunbakan uang rakyat demi upaya membesarkan partai.

Lihat saja para Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota yang berasal dari kader partai, mereka akan berkolaborasi dengan pengurus partainya yang di DPP/DPW dan DPC untuk bagaimana memaksimalkan potensi kedudukannya demi membesarkan partai. Entah dari program, maupun dari "permainan" anggaran. Kasus yang menimpa M. Nazarudin dengan elit-elit Demokrat lainnya di Kemenpora salah satu contoh paling mudahnya. Kerjasama yang apik antara kadernya di eksekutif dan di legislatif menjadi kata kuncinya.

Kedua, Dalam pertandingan sepakbola kemenangan dengan disertai sportifitas, keindahan dan menariknya pertandingan akan membuat sebuah Tim benar-benar dicintai para fans nya diseluruh dunia. Pemain dengan skill yang baik, tapi dalam bertanding selalu melakukan praktik dyping  atau pelanggaran misalnya tidak akan disukai penonton. Kemenangan yang disertai sportifitas akan lebih dihargai dalam sebuah pertandingan olahraga termasuk sepakbola.

Dalam politik mungkin hal itu idealnya harus juga terjadi, tapi  faktanya, dalam politik hal itu sangat jauh sekali. Politik rumusnya selalu menghalalkan segala cara, agar bagaimana caranya bisa menang pemilu dan menang Pilpres, Pilgub, dan Pilkada. Meskipun harus dengan menggunakan berbagai kecurangan, entah dengan politik uang, black campaign, dll. Sportifitas sepertinya tidak ada dalam politik.

Ketiga, Keberadaan Wasit. tak sedikit indahnya pertandingan sepakbola rusak hanya karena kepemimpinan wasit yang tidak profesional. Wasit yang berat sebelah dan banyak merugikan salah satu tim. Banyak tim sepakbola dunia yang "dikalahkan" karena peran wasit yang tidak baik itu. Di Indonesia wasit sepakbola apalagi, sampai-sampai ada wasit yang dikeroyok pemain segala.

Dalam politik keberadaan "wasit" dalam perhelatan politik sangatlah penting. Penyelenggara harus netral, wasit dalam hal ini Pengawas pemilu (bawaslu, Panwas di berbagai tingakatannya) harus juga netral dan tegas. Jangan sampai terjebak pada permainan dan keberpihakan yang hanya karena iming-iming jabatan atau uang. Plus dalam kehidupan kenegaraan kita juga peran aparat penegak hukum mulai kepolisian, kejaksaan, pengadilan, KPK harus benar-benar menjalankan peran dan fungsinya secara profesional. Karena mereka hakikatnya adalah wasit dalam pengelolaan kenegaraan di republik ini yang dijalankan oleh kekuasaan eksekutif dan legislatif.

Keempat, Dalam pertandingan sepakbola, menang kalah adalah biasa. Namanya juga pertandingan. Terkadang sepanjang pertandingan full menyerang dan menguasai permainan, tapi ternyata kejebolan dan hasil akhirnya malah kalah. Dalam politik juga mungkin bisa seperti itu. Semangat memenangkan pertarungan politik jangan sampai mendendam lama. Coba saja lihat mantan presiden Megawati dan SBY sampai menjelang habis periode kedua kepemimpinannya, masih enggan untuk sekedar salam-salaman...

Para politisi memang harus belajar philosofi permainan sepakbola. Tapi mereka jangan politisasi sepakbola. Nantinya malah kayak PSSI dan KPSI. Kalau para politisi mengambil nilai-nilai dan philosofi sepakbola, mereka akan menjalankan perannya sebagai pemain politik secara indah, sportif dan siap menang siap kalah secara nyata. Tidak hanya slogan diatas kertas. Kalau kalah langsung mengajukan gugatan ke MK.....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun